Wall Street Berakhir Lebih Rendah di Tengah Ketidakpastian Perdagangan
Thursday, May 09, 2019       05:57 WIB

Ipotnews - Saham Wall Street mengakhiri sesi yang berombak, Rabu, sebagian besar di zona merah, karena investor mencoba untuk mencermati perkembangan terbaru dalam perang perdagangan Amerika Serikat-China.
Dow Jones Industrial Average pada dasarnya ditutup flat, naik tipis 0,01 persen atau 2,24 poin menjadi 25.967,33, jatuh di akhir sesi untuk menghapus kenaikan moderat yang dicetak pada hari itu, demikian laporan  AFP  dan   CNBC  , di New York, Rabu (8/5) atau Kamis (9/5) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 turun 0,16 persen atau 4,63 poin menjadi 2.879,42, sedangkan Nasdaq Composite Index berkurang 20,44 poin atau sekitar 0,26 persen menjadi 7.943,32.
Setelah ancaman langkah-langkah tarif baru terhadap China beberapa hari terakhir, yang menyebabkan indeks utama anjlok sekitar dua persen pada sesi Selasa, investor menyambut lebih banyak pernyataan ramah dari Gedung Putih.
Kendati tarif yang lebih tinggi mulai berlaku Jumat, Presiden Donald Trump men- tweet  bahwa pejabat perdagangan China datang ke Washington untuk "membuat kesepakatan" dalam putaran baru perundingan yang dimulai Kamis.
"Tanda-tanda itu bertentangan tetapi investor tidak terlalu takut," kata Gregori Volokhine, analis Meeschaert Financial Services. "Mereka memposisikan bukan untuk kegagalan, tetapi bagi situasi untuk waktu yang lebih lama."
Namun Kementerian Perdagangan China memperingatkan aksi balasan yang tidak disebutkan secara spesifik jika Trump tidak mundur.
"Itu adalah ketidakpastian lainnya," kata Larry Adam, Chief Investment Officer Raymond James, merujuk pada ancaman tarif Trump. "Ada begitu banyak pengungkit yang bisa ditarik ke sini. Saya masih berpikir pada akhirnya kita akan mendapatkan kesepakatan karena itu terlalu penting bagi kedua negara."
Namun, jika tarif benar-benar naik hingga 25 persen terhadap barang-barang China, menurut Adam, hal itu bisa mulai berdampak pada pertumbuhan pendapatan perusahaan Amerika dan tingkat kepercayaan konsumen di masa mendatang.
"Jika perusahaan menyerap kenaikan biaya tersebut, itu berpotensi menghambat pertumbuhan pendapatan, dan jika masuk ke konsumen, itu seperti pajak. Itu bisa menghambat beberapa sentimen konsumen," kata dia.
Di antara saham individual, emiten penyedia jasa transportasi  online , Lyft, merosot 10,8 persen setelah melaporkan kerugian pada kuartal terakhir melebar menjadi USD1,1 miliar dalam laporan pertama sebagai perusahaan publik.
Tekanan terhadap Lyft datang ketika investor bersiap untuk IPO (penawaran umum saham perdana) yang lebih besar minggu ini dari saingannya Uber, yang akan memulai debutnya di New York Stock Exchange, Jumat. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM