Ipotnews - Saham Wall Street jatuh dari rekor tertinggi, Selasa, setelah Presiden Donald Trump meragukan kemajuan dalam perdagangan antara China dan Amerika Serikat.
Dow Jones Industrial Average tergelincir 23,53 poin, atau 0,1 persen menjadi 27.335,63, mengakhiri keperkasaan selama empat hari beruntun, demikian laporan CNBC dan AFP , di New York, Selasa (16/7) atau Rabu (17/7) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 ditutup 0,34 persen lebih rendah (-10,36 poin) menjadi 3.004,04 dan mengakhiri kenaikan lima sesi beruntun lima hari. Nasdaq Composite Index menyusut 0,43 persen atau 35,39 poin menjadi 8.222,80. Indeks utama tersebut mencatat level tertinggi sepanjang masa di sesi sebelumnya.
Trump mengatakan kedua negara memiliki "jalan yang panjang" dalam perdagangan, menambahkan AS dapat mengenakan tarif tambahan pada barang-barang China senilai USD325 miliar "jika kita mau."
Komentar Trump muncul setelah China dan AS sepakat untuk tidak meningkatkan ketegangan perdagangan dalam upaya untuk memulai kembali negosiasi. China dan AS melempar tarif impor satu sama lain bernilai miliaran dolar sejak tahun lalu. Perang dagang yang sedang berlangsung memicu ketakutan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di seluruh dunia. Hal itu juga terjadi saat musim laporan keuangan perusahaan AS mulai bergulir.
"Melihat musim pendapatan ini, pertanyaan terbesarnya adalah: Apakah ketidakpastian perdagangan akan menyebabkan bisnis menarik kembali belanja dan investasi sehingga mulai membebani pendapatan?" kata Tom Essaye, pendiri Sevens Report, dalam sebuah catatan. "Jika ada bukti bahwa bisnis di luar industri yang berfokus pada China juga mulai menjadi lebih konservatif, itu akan menjadi katalis yang buruk bagi pendapatan di masa mendatang."
Goldman Sachs melaporkan hasil yang lebih baik dari perkiraan, didorong oleh divisi investment banking dan trading perusahaan itu. Saham Goldman melonjak 1,9 persen.
Kinerja J.P. Morgan Chase juga melampaui estimasi dan sahamnya melesat 1,1 persen. Namun, Johnson & Johnson anjlok 1,6 persen meski melaporkan lonjakan laba 42 persen pada kuartal sebelumnya.
Tesla turun 0,4 persen setelah memangkas harga Model 3, membangkitkan kembali kekhawatiran tentang permintaan kendaraan. Pabrikan mobil listrik itu sedang mengutak-atik harga "untuk terus meningkatkan keterjangkauan bagi pelanggan," kata juru bicara.
Sejauh ini, hanya sekitar lima persen perusahaan S&P 500 yang melaporkan pendapatan kuartal kedua, menurut FactSet. Dari perusahaan itu, lebih dari 85 persen membukukan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan.
Investor akan menyambut awal yang kuat untuk musim pendapatan ketika prospek laba perusahaan tetap suram. Analis memperkirakan pendapatan S&P 500 turun tiga persen pada kuartal kedua, menurut data FactSet. (ef)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM