Wall Street Kembali Cetak Rekor Jelang Musim Laporan Keuangan
Tuesday, July 16, 2019       04:53 WIB

Ipotnews - Saham menguat untuk mencetak rekor penutupan yang baru, Senin, tetapi kenaikannya diredam karena Wall Street tetap berhati-hati untuk memulai musim laporan keuangan perusahaan.
Dow Jones Industrial Average ditutup 27,13 poin lebih tinggi, atau 0,1 persen, menjadi 27.359,16, demikian laporan   CNBC  , di New York, Senin (15/7) atau Selasa (16/7) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 mengakhiri hari tepat di atas garis datar, naik tipis 0,02 persen atau 0,53 poin menjadi 3.014,30, sedangkan Nasdaq Composite Index bertambah 0,17 persen atau 14,04 poin menjadi 8.258,19. Indeks utama itu juga mencatatkan level  intraday  tertinggi sepanjang masa pada awal sesi.
Citigroup memulai musim pendapatan dengan melaporkan angka kuartal kedua yang melampaui ekspektasi analis. Keuntungan dari IPO Tradeweb,  platform  perdagangan obligasi elektronik, mendorong kinerja bank itu melewati perkiraan Wall Street.
Saham Citigroup diperdagangkan lebih tinggi di  premarket  setelah kinerjanya dirilis, tetapi dengan cepat jatuh setelah pembukaan untuk ditutup melemah kurang dari 0,1 persen.
Sejumlah bank kakap lainnya seperti J.P. Morgan Chase, Morgan Stanley, Bank of America dan Goldman Sachs bakal melaporkan laba kuartalan pekan ini.
Prospek untuk musim pendapatan kali ini terlihat suram. Analis memperkirakan pendapatan S&P 500 turun tiga persen pada kuartal kedua, menurut data FactSet.
"Ekspektasi penghasilan yang rendah menetapkan kemungkinan bahwa pengumuman mungkin mengejutkan pada sisi atas dan memberikan pantulan di pasar saham," kata Bruce Bittles, Kepala Strategi Investasi di Baird, dalam sebuah catatan.
"Namun, investor akan menimbang antara berita ekonomi yang positif dan suku bunga yang rendah dengan pengumuman laporan keuangan perusahaan, perlambatan global, dan ketegangan perdagangan."
Pergerakan Senin terjadi setelah indeks utama mencatat rekor. Dow ditutup di atas 27.000 untuk pertama kalinya pekan lalu sementara S&P 500 menembus 3.000. Nasdaq juga mencapai level rekor.
Saham Wall Street menguat pekan lalu setelah Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, mengindikasikan selama kesaksian di Kongres bahwa penurunan suku bunga bisa terjadi. Kesaksiannya sebagian besar mengkonfirmasi perhitungan para pedagang sejak pertemuan Juni The Fed.
Ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga pada pertemuan Juli setidaknya 25 basis poin mencapai 100 persen, menurut alat FedWatch CME Group. Beberapa pedagang bahkan bertaruh pada penurunan suku bunga 50 basis poin, alat tersebut menunjukkan.
"Powell sedikit lebih  dovish  ketimbang perkiraan pasar," kata Gregory Faranello, analis Amerivet Securities. "Tentu saja, dia mensolidkan pemotongan suku bunga pada pertemuan Juli di posisi yang minimal."
"Dia menekankan yang negatif dan mengabaikan yang positif," kata Faranello. "Kita dapat menarik kesimpulan bahwa ini bukan skenario satu-satunya The Fed, tetapi itu masih harus dilihat."
Pemotongan suku bunga akan terjadi pada saat pertumbuhan ekonomi global melambat.
Pertumbuhan ekonomi China melambat menjadi 6,2 persen pada kuartal kedua dari tahun sebelumnya, laju terlemah dalam setidaknya 27 tahun, karena perang perdagangan dengan AS mulai memakan korban. Tetap saja, pertumbuhan produk domestik bruto China itu sesuai ekspektasi, dan data untuk produksi industri, penjualan ritel, serta investasi  fixed-asset  berada di atas ekspektasi analis.
Presiden Donald Trump mengomentari data ekonomi China, mencuit bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah "mengapa China ingin membuat kesepakatan."
China dan AS terlibat dalam perang dagang selama lebih dari setahun. Sepanjang waktu itu, kedua negara mengenakan tarif produk bernilai miliaran dolar. AS juga menargetkan raksasa telekomunikasi China Huawei, membatasi perusahaan AS untuk bertransaksi dengan perusahaan tersebut.
Namun,  Reuters  melaporkan, Minggu, bahwa AS dapat menyetujui lisensi bagi perusahaan untuk memulai kembali penjualan baru ke Huawei dalam waktu dua pekan. Dilaporkan  The Wall Street Journal  Huawei merencanakan PHK yang luas di AS di tengah pergulatan dengan daftar hitam tersebut.
Di tempat lain, saham Symantec jatuh lebih dari sepuluh persen setelah   CNBC   melaporkan perusahaan menghentikan negosiasi kesepakatan dengan Broadcom. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM