Wall Street Lanjutkan Rebound dari Kejatuhan Virus Korona, Dow Melesat 3%
Tuesday, March 31, 2020       04:47 WIB

Ipotnews - Pasar saham Wall Street naik, Senin, membangun reli yang kuat dari pekan lalu setelah Amerika Serikat memperpanjang langkah-langkah untuk menahan penyebaran wabah virus korona.
Dow Jones Industrial Average melonjak 690,70 poin, atau 3,19%, menjadi 22.327,48, demikian laporan   CNBC   dan  AFP,  di New York, Senin (30/3) atau Selasa (31/3) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 naik 3,35% atau 85,18 poin menjadi 2.626,65, sedangkan Nasdaq Composite Index ditutup 3,62% lebih tinggi atau 271,77 poin menjadi 7.774,15. Saham teknologi seperti Microsoft, Alphabet dan Amazon memimpin penguatan Wall Street. Microsoft melambung 7% sementara Alphabet dan Amazon masing-masing melesat 3,3% dan 3,4%.
"Saat ini, aset berisiko memperhitungkan dalam pemulihan bentuk-V," kata Dave Albrycht, Kepala Investasi Newfleet Asset Management. "Sekarang, apakah saya percaya itu akan terjadi? Saya pikir itu sangat tergantung pada apakah mereka datang dengan beberapa jenis vaksin, berapa lama ini berlangsung dan apakah orang-orang mulai kembali bekerja begitu mencapai puncaknya."
Presiden Donald Trump, Minggu, mengatakan pedoman menjaga jarak sosial nasional diperpanjang hingga 30 April, menambahkan tingkat kematian akibat virus tersebut akan mencapai puncaknya dalam dua pekan. Langkah itu, walau dapat menyebabkan gangguan ekonomi yang tajam dalam waktu dekat, dilihat oleh beberapa investor sebagai mencegah kerusakan jangka panjang terhadap ekonomi.
Sentimen juga terangkat setelah Johnson & Johnson mengatakan pihaknya mengidentifikasi kandidat vaksin utama untuk virus korona. Perusahaan itu mencatat bahwa pengujian manusia pada vaksin potensial akan dimulai pada September. Saham J&J melonjak 8%. Italia juga melaporkan jumlah kasus baru terendah dalam hampir dua pekan.
Abbott Laboratories melesat 6,5 persen setelah mengatakan sudah diberikan otorisasi darurat oleh Federal Drug Administration untuk mulai menyediakan tes COVID-19 yang bisa mengetahui hasilnya hanya dalam lima menit.
Tetapi beberapa saham berorientasi perjalanan terperosok lebih jauh, termasuk Expedia, yang merosot 6,1 persen, serta JetBlue dan American Airlines, yang keduanya kehilangan 10 persen atau lebih.
Pekan lalu, Dow membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak 1938, melejit lebih dari 12%. S&P 500 dan Nasdaq mencatat pekan terbaik sejak 2009, setelah masing-masing naik 10,3% dan 9,1%. Yang pasti, itu adalah perjalanan yang  volatile  bagi investor. S&P 500 mencatat perubahan harian setidaknya 2,9% dalam empat dari lima sesi. Itu termasuk penurunan 3,4% pada sesi Jumat untuk S&P 500.
Indeks utama berada di wilayah positif hampir sepanjang sesi Senin meski terjadi peningkatan tajam dalam kasus virus korona di Amerika Serikat dan di negara-negara besar lainnya.
"Investor mungkin memasuki fase 'menerima' krisis tersebut," kata JJ Kinahan, Kepala Strategi Pasar di TD Ameritrade.
"Orang-orang tahu ini akan berlangsung sebentar dan menerima apa yang dikatakan dokter tentang bagaimana keadaan bisa menjadi sedikit lebih buruk, tetapi mereka tampaknya merasa diyakinkan oleh The Fed dan Kongres yang mengambil tindakan cepat untuk memberikan ekonomi jaminan keamanan."
Kasus virus korona di seluruh dunia masih meningkat, menambah ketidakpastian kapan tindakan penguncian dan karantina akan dihapus dan ekonomi bisa berjalan kembali normal.
Data yang dikumpulkan Universitas Johns Hopkins menunjukkan lebih dari 713.000 kasus virus korona dikonfirmasi secara global. Amerika mengambil alih posisi Italia dan China, pekan lalu, sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak, yakni lebih dari 136.000. Hampir setengah dari semua kasus di AS berasal dari New York, di mana lebih dari 59.000 orang terinfeksi.
Jajak pendapat dari Morning Consult menunjukkan tingkat kepercayaan konsumen AS tetap "relatif stabil" selama akhir pekan setelah Presiden Donald Trump menandatangani paket bantuan federal senilai USD2 triliun.
Meski begitu, banyak analis memperkirakan pasar akan bergelombang untuk masa mendatang karena data ekonomi yang lebih buruk mulai mengemuka.
Catatan dari IHS Markit, Senin, secara signifikan menurunkan perkiraan untuk ekonomi AS, memproyeksikan kontraksi 5,4 persen pada 2020, dengan pemulihan panjang sebelum kembali ke tingkat pra-pandemi.
"Risiko tetap luar biasa pada sisi negatifnya dan penurunan lebih lanjut hampir terjamin," kata IHS. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM