Wall Street Terdongkrak Reli Harga Minyak, Dow Melesat Lebih dari 450 Poin
Friday, April 03, 2020       05:24 WIB

Ipotnews - Bursa saham Wall Street menguat, Kamis, karena reli harga minyak meredakan kekhawatiran tentang kerugian keuangan dan kehilangan pekerjaan di sektor energi.
Itu adalah sesi yang fluktuatif karena investor menimbang lonjakan besar-besaran dalam klaim pengangguran yang menunjukkan semakin besarnya dampak negatif akibat penutupan untuk menghentikan penyebaran virus korona terhadap perekonomian.
Dow Jones Industrial Average ditutup 469,93 poin lebih tinggi, atau 2,24%, menjadi 21.413,44, demikian laporan   CNBC   dan  AFP,  di New York, Kamis (2/4) atau Jumat (3/4) pagi WIB. Pada sesi tertingginya, Dow naik 534 poin, dan di titik terendahnya hari itu turun lebih dari 200 poin.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 melonjak 2,28% atau 56,40 poin menjadi 2.526,90, sedangkan Nasdaq Composite Index melesat 126,73 poin atau 1,72% menjadi 7.487,31.
Presiden Donald Trump mengatakan kepada   CNBC ,  bahwa dia berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammad Bin Salman. Dia memperkirakan kedua negara akan mengurangi produksi sekitar 10 juta barel. Komentar itu mendorong harga minyak mentah AS melambung 24% untuk sesi terbaik mereka. Namun, ada kekhawatiran bahwa kedua negara akan menindaklanjuti pemotongan produksi sebesar itu.
Harga minyak mentah berjangka mencatat kenaikan terbesar dalam satu sesi, dengan Brent, patokan internasional, melonjak 21 persen, dan West Texas Intermediate, patokan Amerika, melambung hampir 25 persen.
Para  trader  sangat mencermati perkembangan harga minyak karena pengaruhnya terhadap pasar keuangan lainnya. Kejatuhan minyak sangat besar, sehingga menyebabkan investor menjual aset lain untuk menutupi kerugiannya dalam minyak mentah. Ditambah lagi, penurunan 58% dalam minyak tahun ini sangat menyakiti industri  shale-oil  AS, pendorong besar bagi ekonomi dan lapangan kerja.
Chevron dan Exxon Mobil memimpin Dow lebih tinggi, masing-masing naik 11% dan 7,7%. Sektor energi S&P 500 menguat 9,1%.
Penguatan Wall Street terjadi di tengah laporan menyesakkan dari Departemen Tenaga Kerja yang menyebutkan lebih dari 6 juta orang mengajukan tunjangan pengangguran pada pekan 27 Maret, sebuah rekor. Ekonom memperkirakan 4 juta hingga 5 juta pekerja lainnya mengajukan klaim pengangguran, pekan lalu, karena penutupan terkait virus korona menyebar ke seluruh negeri. Kisaran perkiraan itu setingginya mencapai 9 juta.
Pergerakan liar Kamis mengikuti penurunan tajam di sesi sebelumnya. Indeks utama turun lebih dari 4%, Rabu, ditekan oleh komentar dari Trump, yang mengatakan AS harus mempersiapkan "dua pekan yang sangat, sangat menyakitkan." Pejabat Gedung Putih memproyeksikan antara 100.000 dan 240.000 kematian akibat virus di AS.
"Indeks [S&P 500] tidak membuang waktu membuktikan bahwa bulan dan kuartal yang baru tidak akan mengubah volatilitas," kata Frank Cappelleri, Direktur Eksekutif Instinet.
Wabah virus korona, yang membuat pasar global berguguran pada kuartal pertama, terus bertindak sebagai tekanan hebat bagi pasar karena investor bergulat dengan ketidakpastian yang sedang berlangsung mengenai berapa lama ekonomi akan ditutup.
Indeks utama Wall Street semuanya turun lebih dari 20% tahun ini dan jauh di wilayah  bear market .
"Meski kita belum melihat pengumuman, pemotongan dividen bisa menjadi kemungkinan besar bagi perusahaan AS," kata analis New York Life Investments, Lauren Goodwin.
"Dengan pukulan besar terhadap pendapatan, bisnis bakal memilih untuk memprioritaskan karyawan dan mengurangi beban pinjaman dibandingkan membayar dividen. Ini bisa menghadirkan risiko untuk ekuitas."
Lebih dari 1 juta kasus virus korona dikonfirmasi secara global, dengan lebih dari 236.000 di Amerika, menurut data Johns Hopkins University. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM