Wall Street Terperosok: Dow Jatuh ke Area Bear Market, S&P 500 Catat Penutupan Terendah 2022
Tuesday, September 27, 2022       04:20 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street tergelincir lebih dalam ke area  bear market,  Senin, dengan S&P 500 dan Dow jeblok karena investor khawatir kampanye agresif Federal Reserve terhadap inflasi dapat membuat ekonomi Amerika Serikat mengalami penurunan tajam.
Indeks berbasis luas S&P 500 anjlok 1,03% atau 38,19 poin menjadi 3,655,04, jatuh di bawah penutupan terendah Juni, yakni 3.666,77, demikian laporan  Reuters  dan   CNBC ,  di New York, Senin (26/9) atau Selasa (27/9) pagi WIB.
Pada satu titik di pertengahan sesi, indeks tersebut merosot ke 3.644,76, hanya kurang dari delapan poin dari level terendah intraday 2022 di 3.636,87.
Sepuluh dari 11 indeks sektor S&P 500 anjlok, dipimpin kejatuhan 2,6% di sektor real estat dan energi.
Sementara itu, Dow Industrial Average ditutup melorot 329,60 poin, atau 1,11%, menjadi 29.260,81 -- mempercepat kerugian di saat-saat terakhir perdagangan. Indeks 30-saham unggulan itu menyusut sekitar 20,4% dari penutupan tertinggi 4 Januari. Sedangkan Nasdaq Composite Index turun 0,6% atau 65,00 poin menjadi 10.802,92.
Setelah dua minggu mencatat pelemahan yang stabil di pasar saham Amerika Serikat, Dow mengkonfirmasi telah berada di  bear market  sejak awal Januari. Indeks S&P 500 mengkonfirmasi pada Juni berada di  bear market , dan pada sesi Senin mengakhiri sesi di bawah penutupan terendah pertengahan Juni, memperpanjang aksi jual keseluruhan tahun ini.
Dengan The Fed, Rabu lalu, mengisyaratkan suku bunga tinggi dapat bertahan hingga 2023, S&P 500 melepaskan keuntungan terakhirnya yang dibuat dalam reli musim panas.
"Investor hanya menyerah," kata Jake Dollarhide, Chief Executive Officer Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma. "Ini ketidakpastian tentang nilai maksimal untuk suku bunga The Fed. Apakah 4,6%, apakah 5%? Apakah sekitar 2023?"
Keyakinan di antara trader saham juga terguncang oleh pergerakan dramatis di pasar valuta asing global ketika poundsterling mencapai titik terendah sepanjang masa di tengah kekhawatiran bahwa rencana fiskal terbaru pemerintah Inggris yang dirilis Jumat mengancam akan membebani keuangan negara itu.
Pound turun ke rekor terendah terhadap dolar AS, jatuh 4% pada satu titik ke posisi terendah sepanjang masa di USD1,0382.
Euro mencapai level terendah terhadap dolar sejak 2002. Penguatan  greenback  dapat merugikan keuntungan perusahaan multinasional AS dan juga mendatangkan malapetaka pada perdagangan global, dengan begitu banyak yang ditransaksikan dalam dolar.
"Penguatan dolar AS seperti itu secara historis menyebabkan semacam krisis keuangan/ekonomi," tulis Michael Wilson, analis Morgan Stanley. "Jika ada waktu untuk mencari sesuatu yang rusak, inilah saatnya."
Imbal hasil obligasi melonjak pada hari Senin, dengan  yield  US Treasury 10-tahun melampaui 3,9% pada satu titik di pertengahan sesi. Itu menandai level tertinggi sejak 2010.
Imbal hasil juga melonjak pada US Treasury 2-tahun, yang sangat sensitif terhadap kebijakan The Fed, tercatat melampaui 4,3%, level tertinggi sejak 2007.
Itu menambah lapisan volatilitas ekstra ke pasar, di mana investor khawatir tentang resesi global di tengah inflasi yang tinggi selama beberapa dekade. Indeks Volatilitas CBOE melayang di dekat level tertinggi tiga bulan.
Keuntungan di Amazon dan Costco Wholesale Corp membantu membatasi kerugian di Nasdaq.
Saham operator kasino Wynn Resorts, Las Vegas Sands Corp, dan Melco Resorts & Entertainment melonjak antara 11,8% dan 25,5% setelah Makau berencana membuka grup wisata China daratan pada November untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun.
Volume di bursa AS tercatat 11,9 miliar saham, dibandingkan rata-rata 11,2 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM