"Greenback" Terperosok ke Level Terendah Lebih dari Dua Tahun, Ini Pemicunya...
Thursday, December 31, 2020       04:29 WIB

Ipotnews - Euro, Aussie dan dolar Selandia Baru semuanya membukukan level tertinggi lebih dari dua tahun terhadap  greenback , Rabu, karena investor berspekulasi pada lebih banyak dukungan fiskal Amerika Serikat dan memposisikan untuk akhir tahun dalam volume perdagangan yang relatif tipis.
Investor berspekulasi bahwa prospek ekonomi membaik ketika vaksin Covid-19 diluncurkan dan stimulus fiskal serta moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya akan meningkatkan pertumbuhan global dan harga aset pada 2021, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (30/12) atau Kamis (31/12) pagi WIB.
Pertumbuhan ekonomi Amerika diperkirakan tertinggal di belakang rekan-rekannya, dengan dolar AS juga tertekan defisit fiskal dan neraca transaksi berjalan yang melonjak karena pemerintah meningkatkan pengeluaran untuk mengatasi penutupan bisnis terkait virus korona.
Data yang dirilis Rabu menunjukkan defisit perdagangan barang melesat ke rekor USD84,8 miliar pada November, dari USD80,3 miliar pada bulan sebelumnya.
"Dimulainya kampanye imunisasi Covid-19 di beberapa negara serta tambahan dukungan fiskal Amerika mengurangi risiko penurunan ekonomi global dan menjadi pertanda baik bagi sentimen pasar keuangan secara umum. Ini tetap menjadi hambatan bagi dolar AS," kata Elias Haddad, analis Commonwealth Bank of Australia, Rabu.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, turun 0,39% menjadi 89,65 setelah sebelumnya jatuh ke 89,56, level terendah sejak April 2018. Indeks tersebut anjlok lebih dari 7% tahun ini.
Volume perdagangan relatif tipis dengan banyak investor meninggalkan pasar keuangan untuk liburan Natal dan Tahun Baru.
Euro mencapai USD1,2310, sebelum jatuh kembali ke posisi USD1,2292, atau menguat 0,34% pada hari itu.
Aussie melambung ke posisi USD0,7686, dan terakhir naik 0,93% menjadi USD0,7676. Kiwi menyentuh USD0,7213, dan terakhir USD0,7200, atau menguat sekitar 0,74%.
Itu merupakan level tertinggi bagi ketiga mata uang tersebut terhadap dolar AS sejak April 2018.
Dolar juga tergelincir 0,19% menjadi 103,23 yen. Dolar bertahan tepat di atas level terendah sembilan bulan di 102,86 yen yang dicapai pada 17 Desember.
Optimisme stimulus lebih lanjut datang bahkan setelah Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, Selasa, menunda pemungutan suara untuk meningkatkan jumlah cek bantuan Covid-19 dari USD600 menjadi USD2.000.
Presiden terpilih AS Joe Biden diperkirakan mendorong lebih banyak tindakan untuk mendukung ekonomi Amerika setelah dia dilantik bulan depan.
Data makro Amerika lainnya yang dirilis Rabu menunjukkan kontrak untuk membeli rumah yang sebelumnya dimiliki turun untuk bulan ketiga berturut-turut pada November karena kekurangan properti yang akut mendorong kenaikan harga.
Poundsterling juga melonjak ketika anggota parlemen Inggris menyetujui kesepakatan perdagangan pasca-Brexit antara Perdana Menteri Boris Johnson dengan Uni Eropa.
Pound naik 0,87% menjadi USD1,3618. Mata uang itu bertahan tepat di bawah USD1,3625 yang dicapai awal bulan ini, level tertinggi sejak Mei 2018.
Sementara,  greenback  turun 0,37% terhadap loonie menjadi 1,2765 dolar Kanada. (ef)

Sumber : Admin

berita terbaru
Thursday, Apr 25, 2024 - 14:26 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan JAYA
Thursday, Apr 25, 2024 - 14:18 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of HMSP
Thursday, Apr 25, 2024 - 14:16 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan SBMA
Thursday, Apr 25, 2024 - 14:13 WIB
Seoul shares dip 1.76 pct over tech, battery slump
Thursday, Apr 25, 2024 - 14:13 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of BFIN
Thursday, Apr 25, 2024 - 14:08 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham PEHA, Beli
Thursday, Apr 25, 2024 - 14:05 WIB
Dividen Tunai ASRM Mei 2024