2019 Bebas Cukai Rokok, Saham HMSP Jadi Pilihan
Wednesday, March 27, 2019       17:57 WIB

Ipotnews - Laba bersih HM Sampoerna () naik 6,9 persen di periode tahun 2018 (FY18) menjadi sebesar Rp13 triliun.
Laba di triwulan terakhir 2018 (4Q18) juga menunjukkan perbaikan setelah naik 15 persen (yOY) menjadi Rp3,8 triliun dan naik 8 persen (QoQ).
Marjin laba bersih mencapai 13,2 persen di periode 4Q18 , torehan marjin tertinggi di 2018. Namun marjin di FY18 belum cukup membaik karena masih berada di level 12,7 persen vs di FY17 sebesar 12,8 persen.
Analis Indo Premier Sekuritas, Raditya Immanzah menyebut daya tarik perbaikan positif dalam penjualan rokok di Indonesia adalah faktor utama kinerja perseroan melampaui perkiraan seiring pemulihan yang berlanjut menunjukkan penjualan rokok pada 4Q18 sebanyak 82 miliar batang rokok atau naik 0,74 persen (YoY) dan naik 2,2 persen (QoQ).
Penjualan Rokok
Pada FY18 penjualan Rp106 triliun, naik 7,7 persen (YoY). Penjualan perseroan yang kuat juga terjadi pada 4Q18, mencapai Rp29 triliun atau naik 9 persen (YoY) dan naik 3 persen (QoQ).
Kata analis Indo Premier tersebut, diperkirakan penjualan rokok tahun 2019 masih melandai sekitar 307 miliar batang (naik tipis 0,05 persen YoY). Proyeksi ini setelah tiga tahun beruntun menorehkan pertumbuhan negatif dar9 2016-2018.
Estimasi ini terkait ekspektasi stimulus ekonomi pemerintah, daya beli yang membaik sepanjang tahun politik. Sementara pelaku industri rokok juga menikmati manfaat dari pelaksanaan cukai.
Segmen Medium
Dilihat lebih detil, diyakini bahwa industri rokok saat ini terlibat dalam segmen Bold (sigaret kretek mesin/SKM) karena segmen ini lebih murah dibandingkan rokok putih (SPM).
telah mengubah andalan U Bold mereka ke Philip Morris Bold (PM Bold) per Maret tahun ini. Dengan inisiatif ini, diyakini SKM baru ini akan menciptakan brand awareness ke arah Philip Morris yang relatif tidak familiar bagi pasar Indonesia. PM Bold berbahan lebih ringan dengan harga lebih murah Rp12.000 per pak.
Marjin kotor dan marjin bersih perseroan diperkirakan masing-masing 24 persen dan 12,6 persen. Hal ini karena biaya promosi pada segmen bold masih masuk jadi perseroan memiliki sedikit faktor untuk menaikkan harga karena tidak ada kenaikan cukai pada 2019.
Rekomendasi
Indo Premier mempertahankan rekomendasi Buy saham dengan target price Rp4.200. Target price ini menyiratkan PE sebesar 34 kali pada proyeksi 2019 yang sesuai dengan rata-rata PE 7 tahun terakhir.
masih sebagai salah satu saham pilihan. Dari pandangan investasi masih tetapi positif dengan ditopang pemulihan industri rokok dan tidak adanya kenaikan cukai pada 2019.
(Riset Indo Premier Sekuritas)

Year To 31 Dec

2017A

2018A

2019F

2020F

2021F

Revenue (RpBn)

99,091

106,742

111,699

117,787

125,263

EBITDA (RpBn)

16,977

17,835

18,996

21,127

23,317

EBITDA Growth (%)

1.4

5.1

6.5

11.2

10.4

Net Profit (RpBn)

12,670

13,538

14,129

15,657

17,229

EPS (Rp)

114

117

122

135

149

EPS Growth (%)

(0.8)

2.6

4.4

10.8

10.0

Net Gearing (%)

(21.7)

(43.6)

(31.6)

(32.4)

(32.1)

PER (x)

33.0

32.1

30.8

27.8

25.2

PBV (x)

12.2

12.3

12.3

11.7

11.2

Dividend Yield (%)

3.0

2.9

3.1

3.2

3.6

EV/EBITDA (x)

29.1

28.2

26.2

23.6

21.4

 source: , Indo Premier ; share price closing as of 25 March 2019  

Sumber : admin