Ada Peluang Penurunan Suku Bunga, BI Masih Butuh Waktu: Polling Reuters
Tuesday, June 18, 2019       14:51 WIB

Ipotnews - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Kamis mendatang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan. Namun ada kemungkinan BI akan mengikuti bank sentral di Asia yang memangkas suku bunga pada akhir tahun ini.
Jajak pendapat Reuters menunjukkan, dari 22 analis yang disurvei hanya tiga yang tidak memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan, BI 7- day reverse repurchase rate  sebesar 6,0%, yang sudah bertahan sejak November lalu.
Tiga analis itu memperkirakan pemangkasan sebesar 25 basis poin (bps), yang akan menjadi penurunan suku bunga pertama sejak September 2017.
Penurunan suku bunga akan menempatkan BI di jalur yang sama dengan bank-bank sentral di India, Malaysia dan Filipina yang telah melonggarkan kebijakan moneternya, mengikuti sikap Federal Reserve AS yang cenderung  dovish .
Hari ini The Fed dijadwalkan akan menggelar rapat kebijakan, dengan menghadapi tuntutan baru dari Presiden AS Donald Trump untuk menurunkan suku bunga. Namun The Fed diperkirakan belum akan mengubah suku bunga acuannya, tetapi akan meletakkan dasar untuk penurunan suku bunga sebelum akhir tahun ini.
"Sekarang, kami percaya bintang-bintang di atmosfer ekonomi global selaras dengan penurunan suku bunga BI," kata Satria Sambijantoro, ekonom Bahana Sekuritas, salah satu dari ekonom yang memprediksi penurunan suku bunga acuan BI.
Dia mengacu kepada sinyal  dovish  yang lebih kuat dari The Fed, prospek harga minyak yang lebih rendah, dan peningkatan peringkat kredit Indonesia dari Standard & Poor's bulan lalu, sebagai alasan mengapa BI cenderung akan menurunkan suku bunga.
Namun, sebagian besar ekonom yang disurvei Reuters berpendapat bahwa BI masih membutuhkan waktu untuk memantau pasar global sebelum memangkas suku bunga acuan.
Dalam catatnnya pekan ini, ekonom Trimegah Securities menyebutkan bahwa kebijaka penurunan suku bunga prematur akan merugikan mata uang rupiah. Mengaitkan suku bunga dengan rupiah adalah salah satu tujuan utama BI di balik kenaikan suku bunga tahun lalu, dengan kebijakan kenaikan total sebesar 175 bps.
"Kami akan berubah  bearish  pada rupiah dan obligasi, jika BI memberikan penurunan suku bunga terlalu dini," kata ekonom Trimegah Fakhrul Fulvian, seperti dikutip Reuters, Selasa (18/6).
Dalam keterangannya hari ini, BI mengakui ada peluang untuk untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate. Meskipun demikian, BI tetap harus memperhatikan kondisi ekonomi global terutama perkembangan isu perang dagang.
"Jadi kalau mempertimbangkan inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang perlu didorong, memang kami sudah tahu bahwa ada ruang untuk menurunkan suku bunga," ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo.
Namun perang dagang AS-China yang belum mereda, ketidakjelasan Brexit, kondisi geopolitik di Timur Tengah, masih berpotensi membalik arus modal asing dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Kami masih mencermati kondisi pasar keuangan global dan neraca pembayaran Indonesia dalam mempertimbangkan terbukanya ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif, sejalan dengan rendahnya inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," ujar Perry. (Reuters)

Sumber : Admin