Ada Sentimen Perlambatan GDP, Saham-Saham Ini Jadi Pilihan
Tuesday, May 07, 2019       14:55 WIB

Ipotnews - Pertumbuhan GDP Indonesia di kuartal pertama 2019 (1Q19) sebesar 5,07 persen melambat dibandingkan dengan kuartal IV 2018 (4Q18) sebesar 5,18 persen walaupun stabil dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,06 persen.
GDP di 1Q19 tersebut di bawah estimasi sebesar 5,2 persen. Sebagian karena fixed investment turun jadi sebesar 5,03 persen vs periode sebelumnya 6,01 persen. Hal ini meskipun net ekspor telah berubah arah menyumbang pertumbuhan positif untuk pertama kali setelah dalam 5 kuartal berturut-turut menekan ekonomi karena impor turun tajam dibanding ekspor.
Namun ekspor yang lebih kuat diimbangi oleh pertumbuhan domestik yang melemah akibat faktor kontribusi persediaan yang negatif. Selanjutnya belanja rumah tangga melambat tipis menjadi 5,01 persen dibanding pada kuartal IV tahun lalu yang sebesar 5,08 persen. Sementara belanja pemerintah tetap kuat sebesar 5,21 persen.
Di sisi lain pertumbuhan fixed income yang melambat akibat pertumbuhan investasi mesin yang melambat pasca tumbuh secara kuat pada kuartal sebelumnya.
Sisi Suplai
Pertumbuhan manufaktur melambat menjadi 3,86 persen (4Q18: 425 persen) sebagaimana sektor agrikultur yang melambat 1,81 persen dari kuartal sebelumnya 3,87 persen.
Sektor perdagangan dan konstruksi naik 5,26 persen dan 5,91 persen di periode 1Q19. Pada 4Q18 sektor tersebut tumbuh masing-masing4,29 persen dan 5,58 persen. Sementara sektor mining tumbuh membaik sebesar 2,32 persen versus 2,25 persen (4Q18).
Namun secara nominal, sektor mining tumbuh melambat sebesar 3,22 persen pada 1Q dibanding pada 4Q sebesar 10,28 persen dan 25,95 persen pada 3Q seiring pelemahan harga komoditas sejak kuartal 3 tahun 2018.
Pertumbuhan di sektor manufaktur, perdagangan dan konstruksi juga melambat secara nominal. Koreksi harga komoditas dan disinflasi memicu pertumbuhan GDP secara nominal melambat menjadi 7,71 persen di 1Q seiring faktor penyebab inflasi pada GDP turun 2,52 persen di periode 1Q.
Laba Saham
Tim Analis Indo Premier Sekuritas, memperkirakan secara agregat laba saham tumbuh 8,1 persen di 1Q19 atau 9,3 persen bila tidak termasuk komoditas. Pertumbuhan ini dinilai kuat setelah tumbuh melemah sebesar 2,6 persen dan 6,6 persen pada 4Q18 serta 6,3 persen dan 5,2 persen pada FY18.
Sektor saham semen tumbuh paling kuat sebesar 58 persen (YoY) di 1Q19. Berikutnya sektor tambang batubara (di antaranya ) tumbuh sebesar 15 persen, tembakau 14,5 persen, banking 12,2 persen, consumer/telekom keduanya tumbuh 10 persen.
Sedangkan sektor perkebunan melemah paling tajam pertumbuhannya minus -92 persen (YoY). Berikutnya sektor yang melemah adalah kontruksi, minus 35 persen dan peternakan -18 persen.
Pertumbuhan laba saham banking telah berjalan normal setelah mencatat pemulihan secara kuat didorong oleh kredit macet yang membaik. Sementara pertumbuhan saham consumer juga mengalami akselerasi. Sedangkan laba saham telekomunikasi juga pulih dari pelemahan.
Di antara yang terjadi secara siklikal, laba saham semen adalah yang pulih sangat kuat. Sedangkan laba saham sektor konstruksi/properti telah melambat secara tajam sebagaimana yang terjadi juga pada saham komoditas.
Saham Pilihan
PT Indo Premier Sekuritas mempertahankan target IHSG ke level 7.000 pada 2019 meski risiko eksternal seperti konflik dagang antara AS dan China serta pertumbuhan GDP Indonesia yang relatif flat.
Diyakini terdapat katalis kemungkinan penurunan suku bunga menjelang akhir 2019 walaupun Kami meyakini hal ini akan menjadi kondisional pada perbaikan signifikan defisit transaksi berjalan, demikian kata Kepala Riset Indo Premier Sekuritas Stephan Hasjim seperti dikutip dari risetnya di awal pekan ini.
Dalam latar belakang kondisi tersebut menurut dia saham-saham yang dapat menjadi fokus pilihan adalah bank (, ), consumer (, , ), ritel (, , ) dan sektor semen ().
Dalam ruang lingkup komoditas, saham tetap sebagai referensi yang disukai di sektor mining.
(Indo Premier Sekuritas)

Sumber : admin