Aktivitas Manufaktur Asia Melemah meskipun China bangkit, Memicu Kekhawatiran Resesi
Friday, July 01, 2022       15:41 WIB

Ipotnews - Aktivitas sektor manufaktur Asia tersendat pada Juni lalu, karena banyak perusahaan terkena gangguan pasokan yang disebabkan oleh penguncian ketat Covid-19 di China. Risiko perlambatan ekonomi yang tajam di Eropa dan Amerika Serikat memperkuat kekhawatiran akan resesi global.
Hasil serangkaian survei yang dirilis hingga Jumat ini (1/7), menujukkan aktivitas pabrikan China memantul kuat pada Juni meskipun terjadi perlambatan di Jepang dan Korea Selatan, serta kontraksi di Taiwan. Perlambatan di sejumlah negara menyoroti meningkatnya permasalahan gangguan pasokan, kenaikan biaya dan kekurangan bahan yang berkelanjutan.
Hasil Survei Caixin/Markit menunjukkan aktivitas manufaktur China, Juni, berkembang paling cepat dalam 13 bulan. Pencabutan penguncian Covid membuat pabrik-pabrik berlomba untuk memenuhi permintaan yang solid.
Pelonggaran penguncian China akan mengurangi hambatan rantai pasokan, dan memungkinkan pembuat mobil dan produsen lain untuk melanjutkan operasinya setelah mengalami gangguan parah.
Kendati demikian, beberapa analis memperingatkan akan adanya tantangan baru. Meningkatnya kekhawatiran pasar bahwa kenaikan agresif suku bunga AS untuk menekan lonjakan inflasi akan mendorong negara itu ke dalam resesi, dan membebani permintaan global secara keseluruhan.
Pengetatan kebijakan di banyak negara lain di tengah tekanan kenaikan harga konsumen telah memicu kekhawatiran penurunan tajam ekonomi global dan mengguncang pasar keuangan dalam beberapa bulan terakhir.
"Ada harapan bahwa ekonomi China akan meningkat setelah beberapa periode pelemahan. Tapi sekarang ada risiko perlambatan ekonomi AS dan Eropa," kata Yoshiki Shinke, kepala ekonom di Dai-ichi Life Research Institute, Jepang.
"Ini akan menjadi tarik ulur antara keduanya, meskipun ada banyak ketidakpastian atas prospek ekonomi global," imbuhnya seperti dikutip Reuters, Jumat (1/7).
Hasil akhir indeks manajer pembelian (PMI) au Jibun Bank Japan Manufacturing, di Juni, merosot ke 52,7 dari 53,3 di bulan sebelumnya, meski masih di atas batas 50 yang memisahkan kontraksi dari ekspansi.
PMI Global S&P Korea Selatan, periode Juni juga turun menjadi 51,3, dari 51,8 pada Mei lalu, penurunan untuk bulan kedua karena hambatan dari kendala pasokan dan pemogokan pengemudi truk pada Juni kemarin.
Data terpisah menunjukkan ekspor Korea Selatan, Juni lalu, yang dinilai sebagai proksi untuk perdagangan global - karena produsen negara itu diposisikan di banyak bagian rantai pasokan dunia - tumbuh pada laju paling lambat dalam 19 bulan.
Sisi baiknya, PMI manufaktur Caixin/Markit China, di Juni, naik menjadi 51,7 dari 48,1 di bulan sebelumnya, ekspansi pertama dalam empat bulan, jauh di atas ekspektasi analis untuk kenaikan ke 50,1.
Survei Caixin, yang berfokus pada aktivitas sektor manufaktur yang lebih berorientasi ekspor dan perusahaan kecil di wilayah pesisir, sejalan dengan rilis data resmi yang menunjukkan sektor pabrik dan jasa China pada Juni lalu, telah menghentikan tren penurunan aktivitas selama tiga bulan berturut-turut.
Sementara itu, indeks PMI India menunjukkan produksi pabrik meningkat pada laju paling lambat dalam sembilan bulan di Juni lalu, karena tekanan harga yang tinggi sehingga mengurangi permintaan dan output.
Indeks PMI global S&P Taiwan turun menjadi 49,8 pada Juni, dari 50,0 pada Mei, sedangkan Vietnam turun menjadi 54,0 pada Juni dari 54,7 pada bulan sebelumnya.
Penguncian di China telah mengganggu logistik dan rantai pasokan regional dan global, ketika Jepang dan Korea Selatan melaporkan penurunan tajam dalam produksi.
Ekonomi China telah mulai memetakan jalur pemulihan dari guncangan pasokan yang disebabkan oleh penguncian yang ketat, meskipun risiko tetap ada seperti pengeluaran konsumen yang lemah dan ketakutan akan gelombang infeksi baru. (Reuters)

Sumber : Admin