Amankan Dana Pendidikan Anak Dengan Investasi Saham
Thursday, June 07, 2018       16:24 WIB

Untuk memanfaatkan momentum gejolak pasar saham, seperti tengah terjadi saat ini, investor ritel disarankan untuk masuk ke bursa saham dengan melakukan investasi jangka panjang.
Direktur Utama PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Anita mengatakan, ketika pasar tengah volatile - yang ditandai dengan gejolak penurunan IHSG - merupakan momen paling tepat untuk masuk ke bursa. Inilah saatnya membeli saham-saham pilihan dengan harapan di masa depan mendapat  return  alias imbal hasil maksimal.
Jika seorang investor memiliki tujuan investasi dalam jangka panjang, seperti menyiapkan dana pendidikan anak, atau juga menyiapkan kebutuhan dana pensiun, maka pilihan investasi yang paling tepat seharusnya instrumen yang memiliki potensi  return  tinggi dalam jangka panjang, dalam hal ini saham.
Tentu saja, dalam setiap investasi, ada faktor risiko. Nah, hal ini juga tetap harus diperhatikan dengan seksama. Yang pasti, dalam investasi jangka panjang, investor harus rutin menyisihkan dana secara berkala namun berkelanjutan, agar target dan tujuan investasi bisa tercapai.
Kalaupun terjadi penurunan nilai investasi saham, hal itu sangat wajar. Namun, dalam jangka panjang, di atas 10 tahun, pergerakan IHSG selalu positif dan mampu memberi imbal hasil optimal. Pada dasarnya, investasi jangka panjang akan melewati fase-fase yang dapat mengurangi risiko.
Misal, di tahap pengumpulan kekayaan, maka investor harus memilih instrumen yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, yang tentunya memiliki risiko tinggi pula.
Jika sudah mendekati waktu pengambilan dana investasi, katakan dalam kurun waktu satu tahun lagi, maka strategi perlu diubah lagi dengan memindahkan ke instrumen yang relatif lebih moderat. Pemindahan tersebut dengan harapan bahwa dana investasi tidak tergerus manakala terjadi gejolak pasar yang datang tiba-tiba.
"Dengan strategi itu, maka investor bisa menjaga kekayaan yang sudah didapat selama masa investasi. Bisa saja, setelah investasi saham langsung, kemudian dialihkan ke reksadana saham. Setelah makin dekat ke masa pencairan dana, dapat juga ditempatkan ke reksadana pendapatan tetap. Dengan begitu imbal hasil investasi selalu terjaga dari potensi tergerus gejolak pasar," ujar Anita.
Saat  market  sedang bergerak dalam tren pelemahan, tidak sedikit investor yang mengatakan bahwa pasar modal tidak menarik, sehingga banyak yang beralih ke deposito. Padahal, penilaian itu tidak tepat, apalagi untuk mereka yang punya rencana jangka panjang, misal untuk dana pendidikan anak.
Deposito dan tabungan, bukan instrumen yang tepat untuk berinvestasi di tengah perlambatan ekonomi, dan inflasi yang tinggi. Faktor-faktor seperti defisit transaksi berjalan, inflasi, risiko kredit, dan pajak atas bunga akan menggerus nilai uang, sehingga instrumen seperti tabungan dan deposito tidak tepat untuk investasi jangka panjang.
"Apabila seorang investor meyakini pertumbuhan ekonomi ke depan akan lebih baik, maka tentunya harus memiliki kesadaran untuk segera berinvestasi, terutama di pasar saham," kata Anita.

Sumber : PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk