Amerika Berencana Tunda Tarif Otomotif, Wall Street Berbalik Menghijau
Thursday, May 16, 2019       05:33 WIB

Ipotnews - Saham Wall Street menguat, Rabu, di tengah berita bahwa Presiden Donald Trump berencana untuk menunda penerapan tarif impor otomotif.
Dow Jones Industrial Average ditutup naik 115,97 poin atau 0,45 persen menjadi 25.648,02 setelah jatuh sebanyaknya 190 poin di awal sesi, demikian laporan   CNBC  , Rabu (15/5) atau Kamis (16/5) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 meningkat 0,58 persen atau 16,55 poin menjadi 2.850,96 sedangkan Nasdaq Composite Index melonjak 1,13 persen atau 87,65 poin menjadi 7.822,15.
Tiga narasumber mengatakan kepada   CNBC  bahwa pemerintah akan menunda tarif hingga enam bulan. Berita itu, pertama kali dilaporkan  Bloomberg News , mengirim saham otomotif lebih tinggi. Saham Fiat Chrysler melesat 1,9 persen sementara Ford Motor dan General Motors masing-masing naik 1,2 dan 0,9 persen.
"Jika kita melihat pergerakan pasar hari ini, itu menunjukkan betapa sensitifnya investor terhadap berita perdagangan," kata Jeff Kravetz, Direktur Investasi US Bank Wealth Management. "Apa yang mungkin dilakukan adalah menempatkan ekuitas dalam  range-bound mode  ketika investor menunggu hasil dari ketegangan perdagangan."
Saham lain yang mengangkat pasar termasuk Boeing dan Alphabet. Saham Boeing naik 0,8 persen setelah Badan Penerbangan Federal mengatakan mereka mengharapkan raksasa kedirgantaraan itu segera menyerahkan perbaikan perangkat lunaknya untuk pesawat 737 Max.
Alphabet, induk usaha Google, melonjak 4,1 persen setelah Deutsche Bank menaikkan target harganya pada raksasa teknologi menjadi USD1.400 dari USD1.300.
Ekuitas pada awalnya jatuh setelah rilis data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan memicu kekhawatiran bahwa perang perdagangan AS-China menyeret pertumbuhan ekonomi global.
Penjualan ritel AS turun 0,2 persen pada April, menurut Departemen Perdagangan, Rabu. Ekonom yang disurvei oleh  Dow Jones  memperkirakan kenaikan 0,2 persen.
Sebelumnya, data yang dirilis di China menunjukkan produksi industri naik 5,4 persen pada April ( year-on-year ), laju pertumbuhan paling lambat sejak Mei 2003. Ekonom yang disurvei Refinitiv memperkirakan ekspansi 6,5 persen. Penjualan ritel China juga mengecewakan para ekonom.
Data yang mengecewakan dari kedua negara itu muncul ketika ketegangan perdagangan antara China dan AS memanas kembali. Awal pekan ini, China menaikkan tarif atas barang-barang AS senilai USD60 miliar. Langkah itu dilakukan setelah AS menaikkan retribusi impor China senilai USD200 miliar. AS juga meningkatkan kemungkinan mengenakan tarif tambahan terhadap barang senilai USD300 miliar dari China.
Trump mencuit, Selasa, bahwa AS berada dalam "posisi yang jauh lebih baik sekarang daripada kesepakatan yang bisa kita buat."
Eskalasi perang dagang AS-Cina jelas negatif bagi proyeksi pertumbuhan untuk kedua negara dan ekonomi global," kata Veneta Dimitrova, ekonom Ned Davis Research.
"Tarif mengakibatkan inflasi yang lebih tinggi, peningkatan kebijakan yang tidak pasti, pertumbuhan belanja modal dan lapangan kerja yang lebih lambat, dan pertumbuhan produktivitas yang lebih lemah," ujar dia sambil menambahkan semakin lama perang tarif berlangsung, semakin besar pula risiko penurunan terhadap prospek pertumbuhan Amerika. (ef)

Sumber : Admin