Amerika Tunda Keterlibatan dalam Konflik Iran-Israel, Minyak Jeblok
Friday, June 20, 2025       14:46 WIB

Ipotnews - Harga minyak merosot, Jumat, setelah Gedung Putih menunda keputusan tentang keterlibatan Amerika dalam konflik Israel-Iran, namun masih berada di jalur kenaikan mingguan ketiga berturut-turut.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, anjlok USD2,12 atau 2,69%, menjadi USD76,73 per barel pada pukul 14.26 WIB, tetapi menuju penguatan lebih dari 3% sejauh pekan ini, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Jumat (20/6).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Juli - yang tidak ada setelmen pada sesi Kamis karena merupakan hari libur AS dan akan expires Jumat - turun 14 sen, atau 0,19%, menjadi USD75,00 per barel.
Kontrak Agustus yang lebih likuid naik 0,3%, atau 19 sen, menjadi USD73,69 per barel.
Kamis, harga minyak melonjak hampir 3% setelah Israel mengebom target nuklir di Iran, dan Iran membalas menembakkan rudal serta pesawat nirawak ke Israel. Perang yang berlangsung seminggu antara Israel dan Iran tidak menunjukkan tanda-tanda kedua belah pihak akan mundur.
Iran adalah produsen terbesar ketiga OPEC .
Harga minyak berjangka Brent memangkas kenaikan sesi sebelumnya menyusul pernyataan Gedung Putih bahwa Presiden Donald Trump akan memutuskan apakah Amerika bakal terlibat dalam konflik Israel-Iran dalam dua minggu ke depan.
"Harga minyak melesat di tengah kekhawatiran meningkatnya keterlibatan AS dalam konflik Israel dengan Iran. Namun, sekretaris pers Gedung Putih kemudian menyatakan masih ada waktu untuk de-eskalasi," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.
"Batas waktu dua minggu adalah taktik yang digunakan Trump dalam keputusan penting lainnya. Seringkali batas waktu ini berakhir tanpa tindakan konkret, yang akan membuat harga minyak mentah tetap tinggi dan berpotensi menambah kenaikan baru-baru ini," kata Tony Sycamore, analis IG.
Emril Jamil, analis LSEG , mengatakan "tekad teguh" Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya ( OPEC +) untuk meningkatkan output "mungkin menambah kegelisahan di pasar". (ef)

Sumber : Admin