Analis Pangkas Perkiraan Laba Perusahaan Asia 2020, karena Wabah Virus Korona
Thursday, April 02, 2020       16:38 WIB

Ipotnews - Analis memangkas dengan tajam perkiraan pendapatan perusahaan-perusahaan Asia tahun 2020 karena kekhawatiran bahwa penutupan pabrik dan upaya-upaya  social distancing  untuk memerangi penyebaran virus corona akan sangat merugikan laba perusahaan tahun ini.
Data Refinitiv menunjukkan, para analis telah memangkas estimasi laba perusahaan Asia sebesar 6,4% selama sebulan terakhir.
Pekan lalu, Goldman Sachs menurunkan perkiraan pertumbuhan laba per saham (EPS) di tahun 2020 menjadi -14% dari + 1%, sehingga agregat pemotongan sejak wabah virus menjadi 24 poin persentase.
"Kami mengekspektasikan revisi negatif secara substansial lebih lanjut. Di pasar yang lebih besar, kami menurunkan perkiraan pertumbuhan laba China 2020 sebanyak 6 pp menjadi -6%, Korea 42 pp menjadi -20%, Taiwan 32 pp menjadi -30% dan India 12pp menjadi -3%," ungkap Goldman Sachs seperti dikutip Reuters, Kamis (2/4).
Menurut data Refinitiv, Korea Selatan menghadapi penurunan peringkat laba terbesar di Asia, dengan rata-rata pemotongan 24% dalam sebulan terakhir. Data Rabu kemarin menunjukkan, ekspor Korea Selatan turun 0,2% (yoy) pada Maret lalu, karena virus korona mempengaruhi produksi pabrik dan rantai pasokan.
Indonesia, Thailand, dan Australia masing-masing juga menghadapi pemotongan lebih dari 10% selama sebulan terakhir.
Di sektor industri, perusahaan sektor energi menghadapi penurunan keuntungan hingga 23%, terbesar di tahun 2020, sebagai akibat dari penurunan tajam harga minyak selama sebulan terakhir.
Dengan lebih banyak orang mengalami  lockdown,  diam di dalam rumah mereka, data menunjukkan sektor konsumen juga menghadapi penurunan peringkat yang lebih besar.
Beberapa analis mengatakan, pemotongan suku bunga di seluruh kawasan demi mendorong perekonomian menghadapi wabah virus korona, kemungkinan juga akan mempengaruhi keuntungan sektor perbankan,.
Pada kuartal pertama, indeks MSCI saham Asia-Pasifik jatuh sekitar 20%, mencatatkan penurunan kuartalan terbesar sejak September 2008. (Reuters)


Sumber : Admin