Aussie Tersengat Pelemahan Sentimen Risiko, Yen Menguat
Friday, January 21, 2022       14:04 WIB

Ipotnews - Aset  safe-haven  yen menguat, sementara mata uang berisiko seperti dolar Australia melemah, Jumat, di tengah kekhawatiran inflasi yang memanas dan pengetatan kebijakan Federal Reserve yang agresif.
Dolar mengambil nafas dari kenaikan baru-baru ini karena reli imbal hasil US Treasury terhenti, tetapi masih menuju pekan terbaiknya dalam sebulan terhadap sekeranjang mata uang utama menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve minggu depan, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Jumat (21/1).
Aussie - sering dianggap sebagai  liquid proxy  bagi selera risiko - merosot sebanyaknya 0,99% menjadi 81,67 yen, level terlemah dalam sebulan, dan terakhir turun 0,50% menjadi USD0,71900 .
Dolar AS tergelincir 0,27% menjadi 113,78 yen, level terendah satu minggu.
"Kita berada di bawah penurunan sentimen risiko, dan dolar-yen tampaknya ingin mengikuti pasar ekuitas," kata Bart Wakabayashi, Manajer State Street Bank and Trust Cabang Tokyo.
"Ada sedikit kejutan bahwa kita kembali ke posisi 113, yang bisa menjadi  overshoot.  Saya tidak berpikir ada banyak konsensus bahwa ini adalah arah berkelanjutan bagi dolar-yen" di tengah perbedaan kebijakan antara The Fed yang  hawkish  dan Bank of Japan yang masih  dovish,  papar dia.
"Hanya beberapa bulan yang lalu kita berdebat apakah akan ada kenaikan The Fed pada Maret, dan sekarang kita berdebat apakah akan ada kenaikan 50 poin pada pertemuan Maret. Banyak hal berubah dengan sangat cepat."
Tadi malam, Wall Street mengalami aksi jual tajam pada jam-jam terakhir perdagangan, sementara imbal hasil US Treasury mundur dari tertinggi multi-tahun.
Kenaikan imbal hasil US Treasury didorong ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memperketat kebijakan moneter lebih cepat dari yang diantisipasi, dengan Fed funds futures kini sepenuhnya memperhitungkan kenaikan suku bunga pada Maret dan total empat kali sepanjang tahun ini.
Komite Pasar Terbuka Federal ( FOMC ) mengadakan pertemuan kebijakan dua hari mulai hari Selasa, di mana pelaku pasar akan mencermati pernyataan komite tersebut mengenai  timeline  pengetatan.
Indeks Dolar (Indeks DXY) - ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama - turun 0,05% menjadi 95,714 setelah menyentuh level tertinggi lebih dari satu pekan di 95,864 pada sesi Kamis. Sejauh pekan ini, indeks tersebut naik 0,58%, rebound dari kejatuhan 0,61% minggu lalu.
Euro naik 0,11% menjadi USD1,13225, bangkit dari level terlemahnya sejak 10 Januari. Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde berbicara di panel Forum Ekonomi Dunia hari ini tentang prospek ekonomi global.
Poundsterling hampir mendatar di USD1,3589, melayang di dekat level terendah sejak 11 Januari.
Banyak analis memperkirakan dolar akan menguat lebih jauh karena pengetatan The Fed sedang berlangsung, meski bergejolak baru-baru ini.
Mata uang tersebut "bakal terus menguat hingga pertemuan FOMC minggu depan," tutur analis Westpac, menambahkan mereka tidak akan terkejut jika Indeks Dolar mencapai level tertinggi 2021 di 96,938.
"Memang, banyak yang sudah diperhitungkan sekarang," papar Westoac, "tetapi perbandingan langsung (Indeks DXY) vs  spread  imbal hasil menunjukkan bahwa USD belum sepenuhnya diperhitungkan dalam kisah ini." (ef)

Sumber : Admin