BI Tepis Pelemahaan Rupiah Saat Ini Sama Dengan Krisis 1998
Thursday, March 26, 2020       13:38 WIB

Ipotnews - Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa kondisi pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini sangat berbeda dengan kondisi pada tahun 1997 - 1998 lalu. BI meminta masyarakat tidak menyamakan atau bahkan membandingkan kondisi ekonomi saat ini dengan krisis moneter pada tahun tersebut.
BI menegaskan saat ini krisis yang terjadi diawali oleh wabah corona yang membuat krisis kemanusiaan dan kemudian merembet ke sektor ekonomi dan lainnya.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terjadi belakangan ini sebenarnya jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 1997 - 1998 walaupun sama-sama menyentuh level Rp16.000 an per dolar Amerika Serikat (AS). Namun koreksi nilai tukar rupiah belakangan ini rata-rata hanya sekitar 12 persen. Sementara pada tahun 1997 - 1998 pelemahan nilai tukar rupiah mencapai delapan kali lipatnya.
"Ingat kalau dulu Rp16.000 itu awalnya dari Rp2.500 (per dolar AS). Ini hampir delapan kali lipat, sementara Rp16.000 an yang sekarang ini adalah dari Rp13.800 (per dolar AS). Tingkat pelemahan 12 persen tapi jauh lebih kecil dibandingkan dulu," ujar Perry dalam keterangan pers via live streaming, Kamis (26/3).
Perry juga menyangkal pelemahan rupiah terhadap dolar AS kali ini sama dengan tahun 2008 dimana saat itu terjadi krisis global. Dia meyakini pelemahan rupiah saat ini sifatnya temporer dan hanya sementara waktu. Dia yakin apabila kasus pandemik covid-19 (virus corona) ini sudah ada kejelasan mengenai penanganan atau anti virusnya maka rupiah akan kembali menguat.
BI, kata Perry, akan mengoptimalkan segala potensi yang ada termasuk melakukan bauran kebijakan agar kondisi pasar kembali normal. Dia berharap gonjang-ganjing global akibat corona bisa segera tertangani dengan baik sehingga bisa menstabilkan kondisi pasar global khususnya di Indonesia.
"Pelemahan rupiah ini karena kepanikan global dan kami melihat jika sudah ada kejelasan masalah covid dan kejelasan masalah fiskal atau moneter maka rupiah akan kembali menguat. Saya tidak yakin sektor korporasi akan naikkan harganya karena rupiah melemah," ulasnya.
(Marjudin)

Sumber : admin