Bank Sentral Global Berupaya Redam Kenaikan Imbal Hasil Obligasi, Tenangkan Investor
Friday, February 26, 2021       17:24 WIB

Ipotnews - Bank sentral di Asia hingga Eropa meningkatkan upayanya untuk menenangkan kepanikan pasar setelah imbal hasil US Treasury melonjak ke level tertinggi dalam setahun. Mereka merespon dengan campuran pembelian surat utang dan ancaman intervensi.
Reserve Bank of Australia (RBA) menyiapkan lebih dari USD2 miliar pembelian surat utang tidak terjadwal, dan bank sentral Korea mengumumkan rencana pembelian untuk beberapa bulan ke depan. Anggota Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa, Isabel Schnabel mengatakan, lembaganya kemungkinan perlu menambah lebih banyak stimulus jika lonjakan imbal hasil menghambat laju pertumbuhan.
Meskipun respons tersebut terlihat dapat menenangkan investor obligasi, namun belum dapat menjembatani kesenjangan persepsi yang semakin dalam antara pedagang dan bank sentral tentang kecepatan pemulihan ekonomi.
Bankir bank sentral mengkhawatirkan apa yang disebut  reflation trade  yang sudah masuk ke semua pasar, dapat merembes ke perekonomian yang belum pulih dari guncangan virus korona. Perdagangan reflasi ( reflation trade ) cenderung meningkatkan harga aset yang terpengaruh oleh ekspektasi pertumbuhan ekonomi, tekanan harga, dan imbal hasil yang lebih tinggi setelah mengalami kontraksi tajam.
"Saat ini refleksi perlu dikendalikan, dan bank sentral sedang berjuang melawan kenaikan tajam imbal hasil," kata Wisnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd., Singapura. "Kredibilitas mereka juga dipertaruhkan di sini - jika mereka ingin mempertahankan kebijakan akomodatif, mereka harus bertindak jika pasar terlihat seperti berusaha melarikan diri [dari kebijakan itu]," imbuhnya, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (26/2).
Di kawasan Asia-Pasifik, RBA memimpin tindakan untuk memecah gelombang kenaikan imbal hasil, yang biasanya dimainkan oleh Bank of Japan (BoJ). Tawaran bank sentral Australia ini untuk membeli surat utang 3 miliar dolar Australia (USD2,4 miliar) bertujuan untuk mengerem aksi jual obligasi, dengan memangkas imbal hasil obligasi Australia bertenor tiga tahun Australia. YieId US Treasury turun dari level tertinggi 1,61% yang dicapai Kamis malam, setelah investor Asia masuk ke pasar.
Meskipun BoJ belum bertindak, Menteri Keuangan Jepang Taro Aso telah memberikan peringatan ke pasar karena imbal hasil patokan sudah melonjak hingga beberapa basis poin dari batas bank sentral. "Penting agar imbal hasil tidak naik-turun dengan tiba-tiba," kata Aso di Tokyo. "Kami perlu memastikan untuk tidak kehilangan kepercayaan pasar melalui manajemen fiskal," ujarnya.
Gubernur bank sentral Haruhiko Kuroda kemudian mengatakan, BOJ tidak akan mengubah target imbal hasil, dan ingin menjaga kurva imbal hasil surat utang negara tetap rendah.
Di Eropa, Bloomberg melaporkan, obligasi Jerman menguat pada Jumat ini, dengan imbal hasil surat utang 30 tahun turun enam basis poin menjadi 0,19%. Obligasi acuan Italia juga berbalik turun pada pembukaan pasar dengan diperdagangkan lebih tinggi. Imbal hasil obligasi 10-tahun turun satu basis poin menjadi 0,79%.
Langkah tersebut bertepatan dengan meningkatkan retorika pejabat ECB terhadap optimisme pasar yang berlebihan tentang keadaan ekonomi kawasan euro.
"Kenaikan suku bunga jangka panjang pada tahap awal pemulihan, bahkan jika mencerminkan prospek pertumbuhan yang membaik, bisa menyebabkan penarikan dukungan terhadap kebijakan penting dengan terlalu dini dan secara tiba-tiba, mengingat keadaan ekonomi yang masih rapuh," kata Schnabel, yang bertanggung jawab untuk operasi pasar ECB. "Oleh karena itu kebijakan harus menambah tingkat dukungannya."
Kei Yamazaki, manajer dana senior di Sumitomo Mitsui DS Asset Management, Tokyo mengatakan, ada ekspektasi bahwa bank sentral global akan mencoba menahan kenaikan imbal hasil lebih lanjut. "Pejabat The Fed telah mentolerir kenaikan imbal hasil baru-baru ini, tetapi pasar yang menghindari risiko saat ini juga akan mendorong mereka untuk menenangkan pasar secara lisan."
Meskipun pasar semakin memperhitungkan inflasi yang lebih tinggi dan potensi kenaikan suku bunga, semua bank sentral utama, dari Federal Reserve hingga ECB dan Bank of England melihat periode pelonggaran yang berkepanjangan karena ekonomi pulih secara bertahap. Itu berarti pergumulan pekan ini masih akan berlanjut.
"Penjualan menghasilkan lebih banyak lagi penjualan," kata John Pearce, kepala investasi UniSuper Management Pty, Sydney. "Dalam jangka pendek sepertinya itu tidak akan berhenti." (Bloomberg)

Sumber : Admin