Batubara Kokas Tantang Upaya China Kendalikan Harga Komoditas
Thursday, June 24, 2021       15:08 WIB

Ipotnews - Harga bahan baku utama untuk industri besar pembuatan baja China terus meningkat bahkan ketika Beijing mencoba mengendalikan harga komoditas yang tidak terkendali.
Harga batubara kokas kualitas premium yang dikirim ke China sudah naik di atas USD300 per ton untuk pertama kalinya sejak 2017, naik hampir 150 persen sejak Oktober. Tekanan kekurangan pasokan batubara membuat pabrik baja China berebut, dan membayar harga yang jauh lebih tinggi daripada pesaing internasional.
Lonjakan harga menambah kesulitan yang dihadapi China untuk mencoba mendinginkan pasar komoditas yang memanas. Komoditas telah diidentifikasi sebagai risiko utama bagi pemulihan ekonomi China, dan tujuan kebijakan luar negerinya.
Sejatinya, China relatif mandiri dalam pengadaan batubara kokas, tidak seperti di sebagian besar komoditas lainnya. Tambang batubara domestik memasok sekitar 80 persen dari kebutuhan. Namun skala industri baja China yang sangat masih membutuhkan impor sekitar 65 juta ton per tahun untuk pembuatan baja.
Sebagian besar dari total impor batubara itu, sebelumnya didatangkan dari Australia. Tapi pada Oktober tahun lalu, Beijing secara tidak resmi memberlakukan larangan impor batubara dari Negeri Kanguru karena sengketa diplomatik dengan Beijing-Canberra mengenai asal mula krisis virus corona.
"Terhapusnya Australia dari peta pada tahun lalu, secara signifikan mengurangi impor batu bara kokas ke China dan angka-angka yang ada mencerminkan hal itu," kata Julien Hall, direktur harga logam Asia di S&P Global Platts, seperti dikutip Financial Times, Kamis (24/6).
Menurut S&P, antara Januari dan Mei tahun ini, China mengimpor 18,2 ton batu bara kokas dari berbagai sumber, turun dari 31,7 juta ton pada periode yang sama tahun 2020.
Pada saat yang sama, produksi batu bara kokas dalam negeri telah turun, karena tekanan perlindungan keselamatan dan lingkungan, yang meningkat menjelang peringatan 100 tahun Partai Komunis pada 1 Juli nanti.
"Dengan 30 hingga 40 persen produksi dibatasi di pusat produksi utama Shanxi, dan perbatasan Mongolia ditutup, harga batubara kokas domestik di China terus meningkat," kata Colin Hamilton, analis di BMO Capital Markets. Mongolia adalah salah satu pemasok utama batubara kokas ke Cina.
Sejauh ini hanya ada sedikit sinyal lonjakan bahwa harga batubara kokas menjadi fokus utama para pembuat kebijakan di Beijing. Namun kondisi itu bisa berubah karena harga terus bergerak lebih tinggi.
Sebaliknya, harga bijih besi - bahan utama pembuatan baja- mengambil sebagian besar perhatian. Awal pekan ini, badan perencanaan ekonomi utama China, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional mengancam akan menyelidiki "spekulasi jahat" pada platform perdagangan bijih besi domestik dan "menghukum berat" setiap kesalahan.
Hanya ada tiga kejadian yang telah membuat impor kokas batubara China diperdagangkan di atas USD300 per ton. Yang terbaru terjadi pada 2017 setelah badai topan mengganggu pasokan Australia.
"Mengingat tren harga, tidak masuk akal untuk berasumsi bahwa pembuat baja China akan lega melihat pembukaan pasar impor," kata Hall.
Analis mengatakan larangan impor batubara Australia adalah alasan utama yang pembuat produsen baja China harus membayar lebih banyak untuk batubara kokas dibanding pesaing internasional. Menurut S&P Global Platts, harga impor batubara India termasuk biaya pengiriman sekitar USD205 per ton, sedangkan China hampir USD100 lebih tinggi.
Namun, pemboikotan pasokan Australia memberikan keuntungan bagi produsen batubara kokas Amerika Utara, yang secara dramatis telah meningkatkan penjualannya ke China. Pada Mei lalu, mereka mengirim 700.000 ton batubara ke China, naik dari hanya 1 ton di bulan yang sama tahun sebelumnya. Penambang batubara Indonesia, Kolombia dan Mozambik juga telah meningkatkan ekspor mereka ke China. (Financial Times)

Sumber : Admin