Beli Obligasi Asia, Indonesia Menawarkan Hasil Menggiurkan: BNP Paribas Asset
Friday, August 10, 2018       15:22 WIB

Ipotnews - Obligasi Asia mungkin baru bangkit kembali dari kekalahan dalam beberapa pekan terakhir, namun bagi BNP Paribas Asset Management Ltd., meski tergolong  junk bond  namunmenawarkan imbal hasil yang cukup menggiurkan.
Indeks Bloomberg Barclays menunjukkan, selisih ( spread ) surat utang Asia berimbal hasil tinggi rata-rata mencapai 4,7 poin persentase, setelah mencapai posisi tertinggi lebih dari dua tahun, 5,82 poin persentase pada bulan lalu. Investor  junk bond  Asia mendapatkan hasil 1,77 persen bulan lalu, dipimpin oleh Indonesia dan India, masing-masing 5,5 persen dan 3,1 persen, menurut indeks ICE BofAML.
Pada Juli lalu, BNP Paribas Asset menambahkan obligasi energi berimbal hasil tinggi India dan Indonesia, yang menurut Ek Pon Tay, manajer portofolio perusahaan itu, menghasilkan laba operasi yang berlimpah dan menurunkan  leverage . Sebelumnya, Goldman Sachs Group Inc., Nomura International (HK) Ltd., dan JPMorgan Chase&Co. juga memberi acungan jempol kepada  junk bond  Indonesia.
"Inilah saatnya di mana Anda memiliki banyak kesempatan untuk masuk ke level yang sangat bagus," kata Tay, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (10/8). "Kami menyukai valuasi obligasi Asia berimbal hasil tinggi," imbuhnya.
Trung Nguyen, analis kredit senior di Lucror Analytics Pte. menyebutkan, sejumlah obligasi Indonesia menawarkan pilihan yang menarik. Ia menyarankan agar investor membeli surat utang dari emiten Indonesia dengan rekam jejak yang lebih panjang di pasar sekunder. Pekan ini, perusahaan properti PT Intiland Development mengawali debutnya dengan menawarkan obligasi dolar.
Untuk obligasi China berimbal hasil tinggi, BNP Paribas Asset menghindari sektor industri, dengan argumen bahwa penerbit obligasi "menghadapi kelebihan kapasitas yang signifikan", dan kemungkinan gagal bayar yang lebih tinggi. Menurut Tay, pihaknya juga menghindari lembag pembiyaan pemerintah daerah, namun meningkatkan eksposurnya kepada perusahaan milik negara yang terlibat dalam industri strategis.
Ia berpendapat, permintaan utang luar negeri dari investor China telah menurun, dan kinerja surat utang China dalam dolar kemungkinan akan biasa-biasa saja pada tahun ini. Investor-investor itulah yang telah menjadi pembeli utama dan membantu mendukung penilaian untuk obligasi luar negeri China.
Langkah Cina untuk meningkatkan likuiditas pada Juli lalu telah mendongkrak spread obligasi Asia berimbal hasil tinggi sejak bulan lalu. Namun, "investor domestik akan tetap selektif dan dengan siklus  deleveraging  yang ada, tingkat  leverage  yang digunakan untuk investasi akan lebih rendah," kata Tay.
Di Indonesia dan India, pemulihan harga minyak pada tahun ini telah membantu meningkatkan neraca penerbit obligasi yang terkait komoditas. Obligasi doalr 2024 dari PT Indika Energy telah meningkat sekitar 94 sen dolar, dari 87,6 sen pada bulan lalu. Pada periode tersebut, ada kenaikan hampir 5 sen pada surat utang 2024 milik miliarder Anil Agarwal yang mengendalikan Vedanta Resources Plc, menjadi 92,8 sen.
"Jika kita memilih sektor dan perusahaan yang tepat, kita akan mendapatkan hasil yang bagus dalam 12 bulan ke depan," ujar Tay. (Bloomberg/kk)

Sumber : Admin

berita terbaru