Biaya Kredit yang Lebih Rendah Dorong Pertumbuhan Laba Bank BUMN Terbesar
Wednesday, January 29, 2020       09:59 WIB

Ipotnews - Publikasi kinerja keuangan tahun 2019 (FY19) tiga bank BUMN terbesar menunjukkan hasil yang sejalan dengan prediksi dan panduan laba yang lebih kuat untuk tahun 2020 (FY20).
Tim Riset Indo Premier menilai, pertumbuhan laba yang kuat (14% di FY20-21, dan 7% di FY19), didukung oleh biaya kredit (CoC) yang lebih rendah (pasca IFRS 9) dan margin bunga bersih (NIM) yang telah mencapai level terendah.
"Peningkatan laba, yang disertai ratio kredit bermasalah/kredit terhadap total aset (NPL/LAR) yang lebih tinggi mendukung rating  overweigh  t  yang kami sematkan pada , , dan sebagai saham pilihan," tulis analis Indo Premier, Jovent Muliadi, Timothy Handerson, dan Anthony dalam risalah hasil kajiannya, Selasa (28/1).
Tim Riset memaparkan, hasil FY19 tiga bank BUMN terbesar (, , dan ) menunjukkan bahwa adalah satu-satunya bank yang membukukan pertumbuhan pendapatan dua digit (+10% yoy), diikuti oleh (+6% yoy) dan (+2% yoy).
Secara keseluruhan, NIM ketiga bank tersebut melemah ( -50bp yoy, diikuti oleh dan dengan -40bp yoy dan -10bp yoy) di tengah likuiditas yang ketat. "Hanya yang membukukan CoC yang lebih baik dari yang diharapkan (1,4% di FY19 vs 1,8 di FY18). Sedangkan dan memperlihatkan CoC yang lebih tinggi (1,7% / 2,6% di FY19 vs 1,5%/2,3% di FY18)," ungkap mereka.
Dengan mengacu pada data-data tersebut, Tim Riset meyakini akan terjadi akselerasi laba pada 2020. Mereka mengekpektasikan pertumbuhan laba per saham (EPS) sebesar 14% di FY20-21 (dengan menyesuaikan perkiraan EPS FY20-21 dengan 1-2% pasca publikasi kinerja), lebih besar dibanding FY19 yang mencapai 7%, sebagian besar karena ekspektasi CoC yang lebih rendah, dan NIM yang berada di bawahnya.
Tim Riset mencatat, semua bank saat ini mengarah pada CoC yang lebih rendah (setidaknya 20-30bp) terutama pasca penerapan IFRS 9, yang akan meningkatkan aggregat NPL/LAR menjadi 235%/60% dari 147%/37% di FY19. "Kami menyukai strategi ini karena ini akan mengurangi kekhawatiran investor pada kualitas pinjaman dan dilakukan melalui perbaikan provisi - dalam pandangan kami, kelebihan provisi akan selalu lebih baik daripada kelebihan modal."
Tim Riset juga menyoroti ekspektasi pertumbuhan kredit yang lemah akan berpengaruh positif pada prospek margin. Ketiga bank itu mengindikasikan ekspektasi pertumbuhan pinjaman FY20 yang moderat di kisaran 9-11%, lebih rendah dari ekspektasi awal 13-15% di FY19. Kondisi "Ini pada akhirnya akan menjadi hal positif untuk margin, dengan memperhatikan perilaku bank yang cenderung untuk mencukupi likuiditasnya terlebih dahulu berdasarkan target pertumbuhan pinjaman (lihat catatan kami sebelumnya tentang ini - https://r.ipot.id/?g=r/s/3c7ofe)."
Pada akhirnya, menurut Tim Riset, pemulihan laba akan selalu menghasilkan kinerja yang lebih baik untuk dan . Mereka mencatat, dan selalu berkinerja lebih baik sejak tahun lalu (yang tercermin dalam kepemilikan asing yang lebih tinggi) di tengah kekhawatiran akan berkurangnya kualitas pinjaman dan volatilitas bisnis. Namun dengan pencadangan yang lebih tinggi melalui IFRS 9 ( dan akan memiliki NPL/LAR yang serupa dengan , dan pemulihan pendapatan yang akan segera terjadi akan menjadi katalis utama bagi dan ).
"Baik maupun saat ini diperdagangkan pada harga 1,8x dan 1,2x dari nilai buku (P/BV) FY20, lebih rendah dari rata-rata 10Y sebesar 2x dan 1,5x."

Sumber : Admin