Bursa Eropa Merosot di Tengah Kekhawatiran Konflik Dagang AS-China
Wednesday, November 28, 2018       04:07 WIB

Ipotnews - Saham Eropa merosot, Selasa, setelah investor mencermati sejumlah peristiwa politik termasuk Brexit dan rencana anggaran Italia, serta mencerna komentar lebih lanjut dari Presiden Donald Trump mengenai perdagangan.
Pan-Eropa Stoxx 600 ditutup melemah 0,26 persen atau 0,93 poin menjadi 357,40 dengan berbagai sektor mengambil arah yang berbeda, demikian laporan   CNBC  , Selasa (27/11) atau Rabu (28/11) dini hari WIB. Otomotif dan  basic resources  adalah sektor berkinerja terburuk, di belakang kekhawatiran perdagangan yang sedang berlangsung.
Di pasar regional utama, indeks indeks DAX Jerman memimpin pelemahan, turun 0,40 persen atau 45,61 poin menjadi 11.309,11, FTSE 100 Inggris menyusut 19.15 poin (0,27 persen) menjadi 7.016,85, dan CAC 40 Prancis berkurang 0,24 persen (11,83 poin) menjadi 4.983,15.
Dalam wawancara dengan  Wall Street Journal , Presiden Donald Trump mengatakan "sangat tidak mungkin" Amerika Serikat akan menunda kenaikan tingkat tarif terhadap barang-barang China senilai USD200 miliar, menjadi 25 persen. Dia mengatakan tarif 10 persen terhadap laptop dan iPhone yang diimpor dari China dapat dikenakan.
Akibatnya, saham pemasok Apple berada di bawah tekanan.
Selanjutnya, saham-saham  travel and leisure  jatuh hampir 1 persen di belakang peringatan laba oleh Thomas Cook. Maskapai penerbangan itu membekukan pembayaran dividen dan mengeluarkan peringatan keuntungan kedua dalam dua bulan. Sahamnya mendekati level terendah enam tahun menurut  Reuters . Saham rival Tui juga turun tajam.
Perbankan Eropa juga berada di bawah garis datar, setelah berbagai penurunan peringkat oleh Morgan Stanley. Metro Bank anjlok 1,2 persen; BBVA jatuh 3,2 persen.
Di tempat lain, pembicaraan seputar hengkangnya Inggris dari Uni Eropa terus bergemuruh. Selama akhir pekan, para pemimpin Uni Eropa mendukung kesepakatan penarikan Brexit yang diusung Perdana Menteri Inggris Theresa May, namun, masih ada rintangan yang bakal dihadapi May.
Pemimpin Inggris itu kini menghadapi pertentangan dari politisi di negara asalnya, dengan Parlemen diperkirakan memberikan suara terkait kesepakatan tersebut dalam dua minggu pada 11 Desember. (ef)

Sumber : Admin