Dalam 100 Hari Terakhir, Euro Menguat 10% Terhadap Dolar
Friday, July 31, 2020       16:59 WIB

Ipotnews - Kecepatan lonjakan 10% euro terhadap dolar selama 100 hari perdagangan terakhir mirip dengan fenomena pergerakan mata uang 'brutal' yang pernah disebutkan Bank Sentral Eropa di masa lalu.
Guncangan pandemi virus korona telah memukul perekonomian dunia. Pandemi akhirnya membuat dolar AS tertekan dan Euro semakin perkasa.
Pelemahan dolar AS juga dipicu sejumlah faktor lain seperti stimulus fiskal penanggulangan pandemi di AS yang belum ada kepastian. Kemungkinan prospek pelonggaran lebih lanjut dari The Federal Reserve. Ditambah wacana pengunduran jadwal Pilpres AS yang seharusnya November yang akan datang.
Penguatan euro juga dipicu stimulus fiskal 750 miliar euro oleh Uni Eropa. Stimulus diyakini menggerakkan roda perekonomian di Eropa. Selain itu, pengendalian wabah virus korona di AS juga lebih baik dibanding Amerika Serikat.
Namun kenaikan euro yang begitu kuat menjadi beban bagi sejumlah bank sentral di Eropa yang tengah menanggulangi risiko deflasi. Apalagi sejumlah perusahaan-perusahaan ekspor di Eropa juga tengah berada di bawah tekanan parah akibat resesi ekonomi dunia yang begitu dalam.
Mengutip Reuters Jumat(31/7) pukul 13.01 WIB, euro mencapai level tertinggi dalam enam tahun terakhir sepanjang minggu ini. Euro naik lebih dari 7% hanya dalam 160 hari perdagangan. Terakhir kali naik sejauh itu pada tahun 2017, ketika ketua ECB Mario Draghi memperingatkan kenaikan tajam adalah "sumber ketidakpastian" untuk stabilitas harga.
ECB secara teratur menghadapi lonjakan euro secara cepat dengan intervensi verbal sepanjang sejarah 21 tahun mata uang Eropa ini.
Pendahulu Draghi, Jean-Claude Trichet gemar menggunakan kata "brutal" untuk menggambarkan kenaikan tajam euro. Istilah ini menggambarkan ketidaksenangan ECB atas penguatan euro yang begitu tajam.
Penguatan brutal euro yang pertama terjadi pada awal 2004 setelah naik 20% dalam 18 bulan. Kedua, terjadi lagi pada tahun 2007.
(Adhitya)

Sumber : admin