Dampak Corona ke Pariwisata, Industri Mamin Terpukul
Saturday, February 29, 2020       16:55 WIB

Ipotnews - Wabah virus corona telah menyebar begitu luas di seluruh dunia dan memukul industri pariwisata nasional. Kondisi ini cukup memukul industri makanan dan minuman olahan nasional.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman, mengakui musibah virus corona ini membuat perjalanan wisata ke beberapa destinasi wisata di Indonesia menjadi turun. Kondisi ini berimbas ke penjualanan makanan dan minuman kemasan di beberapa destinasi wisata menjadi turun.
"Jadi dampaknya memang ada. Terutama karena pariwsata menurun, permintaan konsumsi produk makanan dan minuman olahan di beberapa destinasi menjadi turun," kata Adhi usai diskusi publik "Mengukur Efek Corona, Siapkah Kita?" di Jakarta, Sabtu (29/2).
Sejauh ini, kegiatan produksi makanan dan minuman olahan oleh para anggota Gapmmi, menurut Adhi S Lukman. Hanya saja dari segi pemasaran makanan dan minuman melalui ritel, memang ada penurunan.
"Selain karena berkurangnya wisatawan, memang ada sedikit penurunan karena pelemahan daya beli masyarakat," ujar Adhi.
Adhi belum bisa memprediksi persentase penurunan penjualan makanan dan minuman olahan secara nasional akibat wabah virus corona. Hanya saja ia menerangkan, kapitalisasi pasar industri makanan dan minuman secara nasional per tahun mencapai Rp1.800 triliun. "Baik itu industri besar, menengah maupun kecil," ujar Adhi.
Meluasnya wabah virus corona juga berdampak terhadap ekspor makanan dan minuman olahan nasional. Tahun lalu, Indonesia mengekspor makanan dan minuman ke China sebesar USD450 juta dolar. Pada saat yang sama Indonesia mengimpor makanan dan minuman olahan sebesar USD850 juta dolar.
Dengan adanya wabah virus corona, ekspor maupun impor makanan dan minuman olahan dari China jelas mengalami penurunan. Beberapa suplier di China sudah meminta penundaan pengiriman. "Tapi berapa besar perubahannya belum dihitung. Karena statistik perdagangan tidak bisa segera diketahui," ujar Adhi.
Namun Adhi optimis industri makanan dan minuman nasional masih punya potensi di tengah merebaknya virus corona. Saat ini masyarakat China lebih mencari makanan dan minuman olahan. Wabah virus corona membuat mereka takut mengonsumsi makanan segar.
Adhi memperoleh informasi, mulai akhir Februari kegiatan ekonomi dan produksi di China mulai normal kembali. Beberapa pelabuhan dan fasilitas perdagangan sudah dibuka kembali. Diprediksi mulai Maret, aktivitas perdagangan di China diprediksi mulai kembali normal.
"Ini menjadi peluang bagi kita. Kita akan bicarakan dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan untuk menangkap peluang ekspor ini," tutup Adhi. (Adhitya)

Sumber : admin