Data Perdagangan China Positif, Bursa Wall Street Menghijau Lagi
Friday, August 09, 2019       04:57 WIB

Ipotnews - Saham Wall Street menguat, Kamis, menghapus sebagian besar kerugian yang curam dari awal pekan ini, karena imbal hasil obligasi global  rebound , sementara investor mencerna data perdagangan China yang lebih baik dari perkiraan.
Dow Jones Industrial Average ditutup melambung 371,12 poin atau 1,4% menjadi 26.378,19, demikian laporan   CNBC   dan  AFP , di New York, Kamis (8/8) atau Jumat (9/8) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 melonjak 1,88% atau 54,11 poin menjadi 2.938,09, sedangkan Nasdaq Composite Index melejit 2,24% atau 176,33 poin menjadi 8.039,16.
Penguatan Kamis membantu indeks memulihkan sebagian besar penurunan tajam dari sesi Senin. Dow dan S&P 500 anjlok hampir 3%, masing-masing, Senin, sementara Nasdaq turun 3,5%. Indeks tersebut mencapai posisi terendah minggu ini pada sesi Rabu sebelum melakukan  comeback  yang kuat.
Hingga penutupan Kamis, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 0,2% dan 0,4%, untuk pekan ini. Dow hanya turun 0,4%.
"Ini sangat normal setelah goncangan pasar," kata Keith Lerner, Chief Market Strategist SunTrust Private Wealth.
Saham teknologi memimpin kenaikan Kamis, dengan sektor ini melonjak 2,9%. AMD adalah saham dengan kinerja terbaik di sektor ini, melonjak 16,2% karena investor menyambut rilis  chip  generasi kedua untuk pusat data.
Saham Disney juga berkontribusi pada kenaikan tersebut, melonjak 2,3% setelah analis Credit Suisse meng- upgrade  raksasa media menjadi "outperform" dari "netral". Analis memperkirakan perusahaan akan berhasil meluncurkan Disney+, layanan  streaming -nya.
Imbal hasil US Treasury 10-tahun diperdagangkan pada posisi 1,72% setelah turun di bawah 1,6% pada sesi sebelumnya. Di Jerman, imbal hasil bund 10-tahun tercatat negatif 0,5% setelah meluncur ke negatif 0,6%--rekor terendah--pada sesi sebelumnya.
Lonjakan imbal hasil obligasi global itu bertepatan dengan laporan  Reuters  yang mengatakan Jerman mempertimbangkan untuk mengeluarkan surat utang baru untuk membiayai paket perlindungan iklim. Laporan itu mengutip seorang pejabat senior pemerintah Jerman.
Imbal hasil anjlok di seluruh dunia, Rabu, karena investor beralih menuju aset yang lebih aman ( safe-haven ) di tengah kekhawatiran atas ekonomi global.
Kejatuhan  yield  dapat menandakan kekhawatiran pertumbuhan global dari investor dan memicu penurunan tajam di pasar ekuitas. Meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat memperkuat kekhawatiran itu dalam beberapa hari terakhir. Wall Street melihat gerakan yang liar, Rabu, ketika S&P 500 mencatat  intraday   comeback  terbesar tahun ini.
"Saya tidak berpikir bahwa risikonya sudah berlalu. Saya ragu bahwa yang terburuk belum berakhir," kata Maris Ogg, analis Tower Bridge Advisors. "Biasanya, Agustus, September, Oktober bukan periode yang sangat sehat untuk pasar."
Data yang kuat dari China membantu menenangkan Wall Street. China mengatakan ekspor naik 3,3% ( year-on-year ) pada Juli. Ekonom yang disurvei oleh  Reuters  memperkirakan ekspor akan turun 2%.
Investor juga terus memantau yuan. Bank Sentral China menetapkan tingkat referensi resmi untuk mata uang itu di posisi 7,0039 yuan per dolar, Kamis, level terlemah sejak 21 April 2008. Meski, tingkat baru itu lebih kuat daripada yang ditakutkan pasar, namun cukup mengatrol sentimen.
China menetapkan titik tengah yuan di atas 7 per dolar AS awal pekan ini. Itu memicu aksi jual terburuk di Wall Street untuk 2019.
"Ini masih merupakan lingkungan di mana risiko kebijakan benar-benar berada di kursi pengemudi," kata Bill Northey, Direktur US Bank Wealth Management. "Kita mendapatkan perdagangan dan tarif serta kebijakan moneter dan tampaknya ada lingkaran  feedback  serta interaksi yang terkait dengan dua faktor utama tersebut." (ef)

Sumber : Admin