Data Ekonomi China Melambat, Rupiah Turun Tajam
Monday, August 15, 2022       15:55 WIB

Ipotnews - Nilai tukat rupiah ditutup dengan menurun tajam terhadap dolar AS pada awal pekan ini. Data ekonomi China yang tak sesuai perkiraan membuat indeks dolar AS menguat, sehingga membuat rupiah terdepresiasi.
Mengutip data Bloomberg, Senin (15/8) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp14.741 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 73 poin atau 0,50% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Jumat sore kemarin (12/8) di level Rp14.668 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan indeks dolar AS menguat pada Senin di tengah rilis serangkaian data ekonomi China yang mengecewakan. "Ditambah lagi People's Bank of China secara tak terduga menurunkan biaya pinjaman jangka menengah dan alat likuiditas jangka pendek untuk kedua kalinya tahun ini, sebesar 10 basis poin menjadi 2,75%," kata Ibrahin dalam keterangan tertulis, Senin sore.
Data ekonomi yang dirilis Senin menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi China secara tak terduga melambat pada Juli 2022. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu masih berjuang untuk bangkit dari dampak pembatasan ketat Covid-19.
"Output industri tumbuh 3,8% di bulan Juli dari tahun sebelumnya, dengan tingkat pertumbuhan di bawah perkiraan kenaikan 4,6%, sementara penjualan ritel naik 2,7% dari tahun lalu, meleset dari perkiraan untuk pertumbuhan 5,0% dan pertumbuhan 3,1% yang terlihat di bulan Juni," jelas Ibrahim.
Dari dalam negeri, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) masih mencetak surplus pada Juli 2022. Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada bulan tersebut sebesar USD4,23 miliar. Lebih besar dibandingkan konsensus pasar yang memprediksi surplus Neraca Perdagangan pada Juli sebesar UD3,81 miliar.
Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan surplus Juni 2022 yang sebesar USD5,09 miliar. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan negara kita periode Januari hingga Juli tahun ini sebesar USD29,17 miliar. Surplus neraca perdagangan sudah berlangsung selama 27 bulan berturut-turut atau sejak Mei 2020. Sayangnya, sentimen positif ini tak mampu menahan kuatnya tekanan eksternal penguatan indeks dolar AS yang menekan rupiah.
Surplus dagang tersebut diperoleh dari nilai ekspor barang pada Juli 2022 tercatat US$25,57 miliar atau turun 2,20 persen (MtM). Sedangkan secara tahunan naik 32,03 persen (YoY). Sementara nilai impor Indonesia pada Juli lalu tercatat US$ 21,35 miliar, naik 1,64 persen (MoM) dan naik 39,86 persen ( YoY).
"Menyusutnya surplus NPI disebabkan oleh melandainya harga komoditas unggulan yaitu harga minyak sawit mentah ( CPO)," tutup Ibrahim. (Adhitya)

Sumber : Admin