Data Impor China Melambat, Harga Tembaga London Tertekan
Friday, November 08, 2019       16:03 WIB

Ipotnews - Harga tembaga London melemah, Jumat, karena data China yang melambat meningkatkan ketakutan tentang lemahnya permintaan untuk logam tersebut, sementara sinyal variatif dari  front  perdagangan AS-China memicu kekhawatiran atas prospek dicapainya kesepakatan.
Harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,3% menjadi USD5.959 per ton, pada pukul 15.18 WIB, setelah mencapai level tertinggi dalam lebih dari tiga bulan pada sesi Kamis, demikian laporan  Reuters , di Singapura, Jumat (8/11).
Kontrak tembaga yang paling aktif diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange (ShFE) ditutup menguat 0,2% menjadi 47.340 yuan (USD6.780,58) per ton, menyusut dari kenaikan yang kuat sebelumnya pada jam perdagangan Asia.
Beijing dan Washington sepakat untuk menurunkan tarif barang satu sama lain jika kesepakatan perdagangan "tahap pertama" bisa diselesaikan, kata pejabat dari kedua belah pihak, Kamis.
Namun, kegembiraan itu mereda setelah penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan tidak ada perjanjian untuk menghapus tarif yang ada sebagai syarat kesepakatan fase pertama.
"Kendati Amerika Serikat dan China telah mengumumkan bahwa mereka berada di ujung penandatanganan perjanjian perdagangan 'fase pertama', ketidaksepakatan struktural kemungkinan akan bertahan," kata Fitch Solutions dalam sebuah laporan.
"Ini tidak hanya akan mengurangi ruang lingkup untuk perjanjian 'fase kedua', tetapi juga meningkatkan risiko percepatan kembali ketegangan perdagangan di kuartal mendatang."
Kekhawatiran penurunan permintaan tembaga juga menekan harga, setelah konsumen terbesar, China, melaporkan impor logam merah tersebut melambat.
"Pasar kurang bagus," kata analis CRU, He Tianyu, menambahkan bahwa permintaan untuk tembaga dari China tahun ini meningkat tetapi pada tingkat yang lebih lambat ketimbang 2018, karena konsumsi yang lemah di sektor otomotif dan pendingin udara.
Impor tembaga China anjlok 3,1% pada Oktober dari bulan sebelumnya, menurut data Bea Cukai, karena sektor manufaktur pendingin di negara itu terus menurunkan permintaan, sementara ekspor aluminium merosot ke level terendah delapan bulan.
Codelco Cile, produsen tembaga terbesar dunia, meningkatkan produksi 7,5% pada September menjadi 145.300 ton, kata komisi tembaga Cile, Cochilco, Kamis, meski total produksi untuk tahun ini terus menyusut.
Indonesia telah mengizinkan beberapa eksportir bijih nikel untuk melanjutkan pengiriman setelah penghentian sementara guna menyelidiki laporan pelanggaran, kata seorang pejabat senior.
Stok nikel ShFE melonjak 12% dari pekan sebelumnya menjadi 30.831 ton, level tertinggi sejak minggu yang berakhir hingga 1 Juni 2018, sementara stok timbal melambung 34,7% pada periode yang sama ke tingkat tertinggi 10 minggu.
Harga aluminium Shanghai melejit setingginya 14.120 yuan per ton, tingkat yang tidak terlihat sejak 25 September, karena stok di gudang yang dilacak oleh ShFE berada di level terendah sejak Maret 2017, yakni 278.736 ton.
Harga logam dasar lainnya, nikel LME naik 0,1% menjadi USD16.215 per ton dan timbal turun 0,9% menjadi USD2.093,50 per ton. Nikel ShFE berkurang 0,4% menjadi 130.570 yuan per ton, sedangkan timbal melemah 0,2% menjadi 16.100 yuan per ton. (ef)

Sumber : Admin