Data Makro China Melambat, Kejatuhan Harga Minyak Berlanjut
Tuesday, October 15, 2019       14:49 WIB

Ipotnews - Harga minyak merosot, Selasa siang, setelah turun tajam di sesi sebelumnya, karena serangkaian data China yang lemah menambah kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan energi di importir minyak terbesar dunia itu.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, menyusut 42 sen, atau 0,71%, menjadi USD58,93 per barel pada pukul 14.20 WIB, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, berkurang 44 sen, atau 0,82% menjadi USD53,15 per barel, demikian laporan  Reuters , di Singapura, Selasa (15/10).
China terpukul oleh data ekonomi yang buruk selama dua hari berturut-turut. Biro Statistik Nasional (NBS), Selasa, melaporkan harga gerbang pabrik China turun pada laju tercepat dalam lebih dari tiga tahun untuk periode September.
Angka itu mengikuti data Bea Cukai, Senin, yang menunjukkan impor China berkontraksi selama lima bulan berturut-turut.
Sengketa perdagangan AS-China juga terus membayangi ekonomi global, meski ada klaim perkembangan menuju kesepakatan, meninggalkan pertanyaan yang belum terjawab atas permintaan minyak di masa mendatang.
Secara keseluruhan, itu cukup untuk melampaui support untuk harga minyak yang mungkin didapat dari kekhawatiran tentang kemungkinan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
"Kekhawatiran di sisi permintaan yang muncul dari perang perdagangan China-AS terus membebani harga minyak," kata Abhishek Kumar, Kepala Riset Interfax Energy di London. "Data ekonomi China yang lemah adalah manifestasi dari perselisihan perdagangan."
Senin, Presiden Donald Trump menjatuhkan sanksi kepada Turki dan menuntut sekutu itu menghentikan serangan militer di timur laut Suriah yang dengan cepat membentuk kembali medan perang paling mematikan di dunia.
Harga juga bisa mendapatkan dorongan minggu ini karena investor memperkirakan penarikan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat.
"Pekan ini...pasar memperkirakan penarikan (pada) stok AS dan kemungkinan eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah," kata Edward Moya, analis OANDA.
Laporan stok minyak mingguan AS akan diumumkan kelompok industri American Petroleum Institute dan Badan Informasi Energi Amerika, Rabu (16/10). (ef)

Sumber : Admin