Data Manufaktur China Diragukan, Zinc Merosot ke Level Terendah Tiga Bulan
Tuesday, December 03, 2019       05:59 WIB

Ipotnews - Seng merosot ke level terendah dalam hampir tiga bulan, Senin, dan logam industri lainnya juga membukukan pelemahan karena investor meragukan bahwa data manufaktur yang optimistis di China menunjukkan pemulihan ekonomi.
Aktivitas pabrik di konsumen logam dasar terbesar dunia, China, meluas pada laju tercepat dalam tiga tahun, menurut survei sektor swasta, Senin, memperkuat data pemerintah yang positif yang dirilis akhir pekan lalu.
Tetapi beberapa analis mengatakan, pertumbuhan tersebut menunjukkan, terutama untuk Indeks Pembelian Manajer manufaktur Caixin/Markit, mungkin dipengaruhi oleh faktor sekali saja.
"Banyak orang meragukan kebenaran data Caixin. Itu perputaran yang cukup dramatis, jadi ada tingkat skeptisisme," kata Colin Hamilton, Direktur Riset Komoditas BMO Capital di London.
"Biasanya angka resmi berada di atas Caixin dan selama dua atau tiga bulan kita mendapati sebaliknya."
Ada juga kekhawatiran bahwa data yang positif itu dapat merusak kesepakatan perdagangan AS-China.
"Masalah yang dihadapi Amerika sekarang adalah bahwa China tampaknya akan kembali ke jalur pertumbuhan meskipun ada tarif, yang memberikan keunggulan bagi China," kata Malcolm Freeman, analis Kingdom Futures dalam sebuah catatan.
"Itu mungkin bisa berarti tidak ada kesepakatan perdagangan yang ditandatangani tahun ini, yang akan dianggap sebagai  bearish ."
Harga patokan seng (zinc) di London Metal Exchange anjlok 1,3% menjadi USD2.243 per ton dalam  open-outcry trading  terakhir setelah menyentuh USD2.237, tingkat terendah sejak 4 September, demikian laporan  Reuters , di London, Senin (2/12) atau Selasa (3/12) dini hari WIB.
Sementara itu, Norsk Hydro, salah satu produsen aluminium terbesar di dunia, berencana memotong produksi sebesar 20% di pabrik Slovalco, Slovakia, mengutip pasar yang melemah.
"Dengan kenaikan permintaan yang tidak mungkin dalam waktu dekat, pemangkasan pasokan lebih dari 1 juta ton per tahun diperlukan untuk mencegah penurunan menuju  bear case  kami di level USD1.657 per ton pada awal 2020," kata analis Morgan Stanley dalam sebuah catatan.
Aluminium LME melonjak 1,1% menjadi ditutup pada posisi USD1.790 per ton.
Pasar aluminium yang lemah menyebabkan lonjakan persediaan. Stok LME yang yang tidak dialokasikan untuk pengiriman mencapai 1.114.650 ton, tertinggi sejak 22 Februari, menurut data yang dirilis Senin.
Stok melonjak 42% selama tiga minggu terakhir.
Shanghai International Energy Exchange (INE) China sedang bersiap untuk meluncurkan kontrak berjangka tembaga, tahun depan, yang akan terbuka bagi investor domestik dan asing, menurut dua sumber yang mengetahui rencana tersebut.
Harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di LME naik 0,3% menjadi USD5.883 per ton, timbal anjlok 1,6% menjadi USD1.906, level terlemah sejak 9 Juli, dan timah tergelincir 0,03% menjadi USD16.490. Nikel naik 0,4% menjadi USD13.720,  rebound  setelah menyentuh USD13.610, tingkat terendah sejak 16 Juli. (ef)

Sumber : Admin