Data Penjualan Ritel China Melemah, Saham Emerging Asia Berakhir Variatif
Friday, August 14, 2020       16:56 WIB

Ipotnews - Sebagian bursa saham emerging market Asia melemah pada hari Jumat (14/8) setelah terjadi penurunan yang mengejutkan dalam penjualan ritel China pada Juli, yang telah merusak harapan pemulihan ekonomi yang cepat dari dampak Covid-19 di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Dalam penutupan sore ini, bursa emerging Asia yang melemah adalah Malaysia, Fillipina, Korea Selatan, dan Thailand. Pelemahan terbesar dialami oleh Korea Selatan -1,23% dan Malaysia sebesar -0,91%, demikian laporan dari Reuters.
Sementara emerging market Asia yang menguat sore ini adalah China, Indonesia, Singapura, dan Taiwan. Penguatan terbesar adalah China 1,10%. Sementara India sementara naik sebesar 0,48%. IHSG sendiri hari ini menguat 0,16%.
Bursa saham Korsel, Malaysia dan Thailand merosot karena pasar mereka sangat berkorelasi dengan tingkat permintaan China dan arus perdagangan global.
Penjualan ritel pada bulan Juli di China tiba-tiba turun, dan hasil produksi pabrik juga meleset dari perkiraan, hal ini meredam sentimen investor yang semula optimistis terhadap data terbaru China sebagai negara yang pertama kali keluar dari penguncian.
"Ini lebih merupakan reaksi spontan," kata Julian Wee, seorang ahli strategi investasi di Credit Suisse yang berbasis di Singapura.
Sementara bursa Indonesia dan Taiwan naik tipis, karena investor lebih memilih bersikap positif atas pembukaan kembali perekonomian China yang sedang berlangsung. Beberapa analis mengatakan data menunjukkan beberapa peningkatan ekonomi domestik di China.
"Data keseluruhan menunjukkan bahwa pembukaan kembali masih berjalan lancar di Asia Utara dan kewaspadaan otoritas baik di China dan Korea menunjukkan kekhawatiran lonjakan kembali pandemi akibat pembukaan kembali lockdown adalah hal yang tidak mungkin, "kata Wee.
Pada saat yang sama, mayoritas mata uang emerging market Asia menguat terhadap dolar AS. Mulai dari yuan, rupee, peso, dolar Singapura, dolar Taiwan, dan baht. Penguatan terbesar dialami dolar Taiwan 0,47% dan peso 0,21%.
Mata uang emerging market Asia yang mengalami pelemahan sore ini adalah rupiah, ringgit, dan won. Masing - masing melemah -0,44%, -0,07% dan -0,11%.
Pedagang di pasar uang tetap berhati-hati menjelang pertemuan AS-China yang meninjau perjanjian perdagangan fase I. Pertemuan ini akan berlangsung pada hari Sabtu (15/8) , di tengah hubungan antara keduanya yang penuh ketegangan serta menjelang Pilpres AS.
Di Malaysia, indeks saham dan ringgit melemah dibanding perdagangan sebelumnya, setelah data domestik menunjukkan perekonomian Malaysia menyusut lebih dari yang diharapkan di Kuartal II 2020, ini merupakan kontraksi terburuk di Malaysia lebih dari dua dekade terakhir.
Bank Negara Malasyia juga memangkas tajam proyeksi PDB tahunannya, walaupun BNM mengatakan kondisi terburuk kemungkinan besar telah dilewati dan diharapkan aktivitas perekonomian secara bertahap kembali meningkat di Semester II tahun ini.
Minggu depan, giliran Thailand untuk melaporkan data PDB kuartal II 2020 yang diperkirakan menurun tajam, sementara Bank Indonesia akan melakukan pertemuan untuk memutuskan kebijakan moneter. (Adhitya)

Sumber : admin