Dibayangi Hawkish The Fed, BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Hingga Paruh Kedua 2022
Tuesday, January 18, 2022       14:17 WIB

Indonesia - Bank Indonesia diperkirakan akan menunggu hingga paruh kedua tahun ini sebelum menaikkan suku bunga demi memelihara pertumbuhan ekonomi.
Jajak pendapat 30 ekonom Reuters memperkirakan, rapat dewan gubernur BI, Kamis (19-20/1), akan mempertahankan  benchmark  7  day reverse repurchase rate  pada rekor terendah 3,50%, kendati Federal Reserve AS diyakini akan memperketat kebijakan moneter segera setelah Maret.
Pada rapat Desember lalu Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa normalisasi kebijakan tidak serta merta mengikuti langkah The Fed, dan bahwa suku bunga akan tetap rendah sampai inflasi naik.
Tidak seperti AS, dengan tingkat inflasi di level tertinggi selama 40 tahun, inflasi indonesia berada di bawah kisaran target bank sentral sebesar 2% -4% selama 19 bulan. Kondisi ini dinilai memberikan kelonggaran kepada BI untuk menjaga suku bunga tetap stabil.
"Kami masih berpikir BI akan mempertahankan suku bunga kebijakan di 3,50% bulan ini, dengan mempertimbangkan tekanan inflasi yang masih terkendali," kata Josua Pardede, kepala ekonom di Bank Permata, seperti dikutip Reuters, Selasa (18/1).
Namun, karena pejabat Fed memberi sinyal kenaikan suku bunga pada kuartal ini, BI akan menghadapi tekanan untuk memulai siklus pengetatan segera setelah itu, demi mencegah pelemahan mata uang dan potensi arus keluar modal yang besar.
Dalam jajak pendapat Reuters 11-17 Januari lalu, BI diperkirakan akan menaikkan 7  day repurchase rate  sebesar 50 basis poin pada paruh kedua tahun ini dalam dua tahap. BI akan menaikkan menjadi 3,75% pada kuartal ketiga, dan kemudian 4,00% pada kuartal keempat.
"Meskipun, BI mungkin lebih memilih untuk mempertahankan suku bunga kebijakan yang stabil untuk mendukung perekonomian, namun masih bisa dipaksa untuk menaikkan lebih awal dari yang kita asumsikan. Jika The Fed menjadi lebih  hawkish  dari perkiraan bisa menyebabkan depresiasi substansial pada rupiah," catat para ekonom di Barclays.
Rupiah tetap stabil di tengah ledakan ekspor akibat lonjakan harga komoditas dan merupakan salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di Asiadi 2021. Tahun lalu rupiah hanya terdepresiasi sekitar 1,5% terhadap dolar AS.
Indonesia telah melaporkan surplus perdagangan sejak Mei 2020, meskipun menyempit pada Desember lalu ke level terendah dalam 20 bulan. Ekonom juga berhati-hati, karena larangan ekspor batu bara yang diberlakukan oleh pemerintah dapat menggeser neraca perdagangan menjadi defisit.
"Surplus perdagangan mungkin telah mencapai puncaknya, dan volatilitas pasar dapat meningkat karena The Fed AS mengurangi dukungan moneter, yang dapat berdampak pada aliran portofolio ke Indonesia," kata Krystal Tan, ekonom di ANZ.
"Sebaliknya, normalisasi kebijakan AS yang teratur kemungkinan akan membuat rupiah melewati episode ini dengan baik, tetapi tindakan tergesa-gesa demi menahan inflasi dapat meningkatkan ketidakpastian pasar," Tan menambahkan.
Jajak pendapat tersebut juga memperkirakan inflasi Indonesia akan meningkat, tetapi tetap dalam kisaran target BI, rata-rata masing-masing 2,9% dan 3,1% untuk 2022 dan 2023.
Ekonomi Indonesia kemungkinan tumbuh 4,7% pada kuartal terakhir tahun 2021 dan 3,5% untuk sepanjang tahun. Pertumbuhan setahun penuh untuk tahun ini dan berikutnya diperkirakan sebesar 5,1%. (Reuters)

Sumber : Admin

berita terbaru
Thursday, Apr 25, 2024 - 17:42 WIB
Indonesia Market Summary (25/04/2024)
Thursday, Apr 25, 2024 - 17:33 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham FOLK, Beli dan Jual
Thursday, Apr 25, 2024 - 17:27 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan BRIS
Thursday, Apr 25, 2024 - 17:22 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan WTON
Thursday, Apr 25, 2024 - 17:19 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of NIKL
Thursday, Apr 25, 2024 - 16:58 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham BJBR, Beli