Dibayangi La Nina, Harga Minyak Sawit Bersiap Catatkan Tahun Terbaik di 2021
Friday, January 15, 2021       16:11 WIB

Ipotnews - Harga minyak sawit bersiap untuk mencatatkan kinerja tahunan terbaiknya dalam satu dekade, meskipun pandemi virus korona masih merebak.
Median hasil survei Bloomberg dari 23 perkiraan para analis, pedagang dan eksekutif perkebunan, harga minyak sawit mentah (CPO) di bursa berjangka mencapi 3.200 ringgit (USD791) per ton pada tahun 2021, tertinggi dalam satu dekade. Minyak yang menjadi bahan baku untuk berbagai produk mulai minyak goreng hingga shampo itu, tahun lalu dihargai 2.700 ringgit per ton.
Campuran ekspektasi  bullish  dari banjir terkait La Nina, dan menyusutnya persediaan di Malaysia akan memperkuat pasar. Akan tetapi pada paruh kedua 2021 nanti, harga diperkirakan akan berada dalam tekanan penurunan karena produksi kelapa sawit, serta minyak kedelai berpotensi  rebound . Sementara itu permintaan bahan pangan dan bahan bakar masih diselimuti ketidakpastian karena serangan virus korona masih berlanjut di pasar-pasar utama.
1. La Nina
La Nina mendatangkan banyak masalah di seluruh dunia, menyebabkan hujan lebat di Asia Tenggara yang menyebabkan banjir di perkebunan-perkebunan Malaysia, dan menghanguskan tanaman kedelai di Amerika Selatan. Ekspor minyak bunga matahari dari Rusia dan Ukarina, juga merosot karena La Nina, sehingga akan terus memperketat pasokan minyak nabati di seluruh dunia dalam beberapa bulan mendatang.
Namun cuaca hujan, dapat membuka jalan bagi produksi minyak sawit untuk kembali pulih di paruh kedua tahun ini. James Fry, pimpinan LMC International memprakirakan produksi gabungan di Indonesia dan Malaysia akan meningkat 5,5 juta ton tahun ini jika kerusakan terkait akibat La Nina dapat diatasi.
2. Program Biofuel
Program B30 Indonesia merupakan salah satu pendorong penting bagi reli harga sawit. Mandat menetapkan bahwa bahan bakar fosil harus dicampur dengan 30% minyak sawit, dapat menyerap pasokan yang membengkak di dalam negeri. Namun belakangan ini premi harga sawit terhadap minyak bumi terus membengkak, terbesar dalam setidaknya dua dekade, sehingga memberi tekanan berat pada pelaksanaan program tersebut. Thomas Mielke dari Oil World menyebutkan mandat B30 sebagai "faktor penggerak", dapat dikurangi sementara pada bulan Maret atau April.
"Program subsidi biodiesel berada di bawah tekanan besar pada tahun 2020 di tengah harga minyak mentah yang rendah dan harga minyak sawit yang tinggi," kata Aurelia Britsch, kepala komoditas di Fitch Solutions. "Ini menimbulkan kekhawatiran atas keberlanjutan program pada awal 2021 karena harga minyak sawit semakin meningkat," imbuhnya.
Setelah konsumsi biofuel turun 12% dari target 9,6 juta kiloliter pada tahun 2020, Indonesia menetapkan perkiraan 9,2 juta kiloliter untuk tahun ini. Malaysia, sementara itu, akan menunda peluncuran mandat B20 hingga 2022.
3. Produksi dan Tenaga Kerja
Hasil panen yang lebih lemah dari perkiraan dan krisis tenaga kerja kronis, tidak hanya membatasi produksi Malaysia, tetapi juga merusak stok perkebunan. Banjir di kawasan produksi utama dapat semakin memangkas produksi bulanan dan menurunkan persediaan yang sudah mencapai titik terendah dalam 13 tahun.
"Pertumbuhan produksi akan tetap menjadi tantangan pada kuartal pertama karena banjir lokal yang parah pada bulan Desember dan memasuki minggu pertama Januari," kata Varqa dari Palm Oil Analytics. "Kekurangan pekerja karena penutupan perbatasan dan moratorium untuk mempekerjakan pekerja asing baru, kemungkinan akan bersama-sama menghambat panen dan membebani produksi," ia menambahkan.
Pekebun Malaysia telah berusaha untuk mempekerjakan lebih banyak pekerja lokal untuk perkebunan, termasuk menggandeng penjara dan pusat rehabilitasi narkoba, tetapi sejauh ini upaya perekrutan pekerja masih sia-sia.
4. Risiko Pandemi
Meskipun muncul antusiasme seputar vaksin, pandemi virus korona kemungkinan masih akan berperan dalam pembentukan harga minyak sawit tahun ini. Kebangkitan kasus infeksi telah menutup banyak kota sehingga menghambat pemulihan permintaan makanan dari hotel dan restoran. China telah melaporkan kematian Covid-19 pertamanya dalam sembilan bulan ketika cluster di utara membengkak, memicu risiko wabah besar saat liburan Tahun Baru Imlek mendekat. Malaysia mengumumkan keadaan darurat untuk memberi lebih banyak kekuatan bagi pemerintah untuk menangani lonjakan kasus Covid-19, sama halnya seperti memberlakukan penguncian yang ditargetkan selama dua pekan di negara itu.
5. Permintaan
Permintaan makan minyak sawit akan diawasi ketat tahun ini, terutama di negara konsumen terbesar; India dan China. Reli harga CPO baru-baru ini telah berdampak pada pengiriman ke India yang sensitif terhadap harga, dan mungkin menghadapi hambatan lebih lanjut dari pertumbuhan produksi  oilsheed  di dalam negeri.
Di Cina, peningkatan jumlah ternak babi telah mendorong rekor impor kedelai, yang antara lain menghasilkan bungkil kedelai sebagai pakan ternak. Pengolahan kedelai juga menghasilkan minyak kedelai, yang dapat mengurangi kebutuhan untuk membeli minyak sawit.
Namun, jika ekspor minyak sawit tetap kuat, harga bisa mencapai 4.000 ringgit - level yang terakhir terlihat pada 2008, kata Togar Sitanggang, wakil ketua Asosiasi Kelapa Sawit Indonesia, atau Gapki. "Meski permintaan belum sepenuhnya pulih, minyak sawit adalah bahan baku pangan sehingga konsumen harus membeli," ujarnya. (Bloomberg)

Sumber : Admin