Dibekingi Grup Astra, Saham ARKO Sudah Kemahalan Nih!
Monday, March 13, 2023       14:28 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagai salah satu emiten energi baru terbarukan (EBT), saham PT Arkora Hydro Tbk () tampak menarik. Hanya saja, valuasi yang sudah mahal ( overvalued ) bukanlah tawaran yang baik buat investor jangka menengah hingga panjang.
Melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Juli 2022 di harga Rp300/saham, saham berhasil melonjak 81,67% ke Rp545/saham per penutupan 9 Maret 2023.
Kapitalisasi pasar saat ini mencapai Rp1,60 triliun.
Kinerja keuangan teranyar juga positif. Laba bersih perusahaan tumbuh 19,50% secara tahunan (yoy) menjadi Rp42,47 miliar selama 9 bulan 2022 atau per 30 September 2022.
Ini seiring pendapatan bersih Arkora naik 24,40% yoy menjadi Rp187,78 miliar hingga kuartal III 2022. Angka ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp150,96 miliar.
Kalau dibandingkan dengan sejumlah emiten sejenis (peers), rasio profitabilitas emiten pemilikPembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA ) ini juga terbilang baik.
Margin laba kotor (GPM) mencapai 50,44%, lebih tinggi dibandingkan industri yang sebesar 43,51%. Kendati, angka tersebut masih di bawah emiten  renewable   energy  lainnya, PT Kencana Energi Lestari Tbk () yang memilik GPM 70,59%.
Demikian pula, margin laba bersih (NPM) (22,62%) berada di kisaran rata-rata industri yang sebesar 21,17%.
Sementara, untuk urusan value creation untuk pemegang saham, indikator kunci macam  return on equity  (ROE) yang sebesar 14,56% lebih unggul dibandingkan yang 7,95%. Angka tersebut juga di atas rerata industri yang mencapai 11,11%.
Demikian pula, rasio  return on assets  (ROA) sebesar 6,25% di atas (3,84%), (5,33%) dan rata-rata industri (5,22%).
Valuasi Kemahalan
Beralih ke perkara valuasi, bisa dibilang kinerja positif dan prospek cerah ke depan terlalu dihargai terlalu mahal.
Dilihat dengan metrik populer, rasio harga saham dibandingkan dengan laba (PER) mencapai 28,18 kali. Jauh di atas yang sebesar 10,76 kali dan 9,54 kali.
Selain itu, PER atau P/E ratio juga sudah di atas rerata industri yang sebesar 14,4 kali.
Lebih lanjut, rasio populer lainnya,  price-to book value  (PBV) atau perbandingan harga saham dengan nilai buku perusahaan juga kelewat tinggi, 4,1 kali. Rasio tersebut di atas peers (macam yang sebesar 0,85 kali) dan di atas industri 1,34 kali.
Dengan menggunakan proyeksi pertumbuhan laba hingga rasio multiples di atas, harga wajar berada di kisaran Rp230-Rp240/saham.
Bisnis
Didirikan sejak 2010, kini memiliki mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ( PLTM ) Cikopo 2 yang berlokasi di Dusun Cikopo, Panawa, Pamulihan, Garut Jawa Barat.
Selain PLTM Cikopi 2, juga mengelola PLTM Tomasa, yang berupa PLTA aliran sungai langsung ( run-of-river ) yang terletak di kota Poso, Sulawesi Tengah.
Adapun, PLTM Yaentu di Kota Poso sedang dalam tahap konstruksi dan PLTM Kukusan 2 di provinsi Lampung dalam persiapan konstruksi.
Sebagai gambaran, Arkora Hydro memiliki dan mengembangkan fasilitas pembangkit listrik tenaga air aliran sungai langsung ( run-of-river ) yang beroperasi di seluruh Indonesia.
PLTA aliran sungai langsung adalah jenis pembangkit listrik yang hanya memerlukan sedikit atau tanpa penyimpanan air.
Menurut data perusahaan, dengan 17,4 MW yang sudah beroperasi dan 15,4MW dalam tahap konstruksi saat ini, perusahaan mempunyai target mempunyai 200 MW dalam pembangkit listrik tenaga air dalam portofolio di tahun 2025.
Prospek ke Depan
Kebutuhan listrik di masa depan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia. Kebutuhan listrik diproyeksikan meningkat signifikan hingga lebih dari 6 kali menjadi 1.205 TWh pada tahun 2050.
Untuk mencapai target elektrifikasi 100% pada 2030, pemerintah terus berupaya mendorong pemanfaatan pembangkit listrik berdasarkan bauran energi fossil dan energi terbarukan, salah satunya tenaga air.
Menurut prospektus , kapasitas energi yang digunakan setiap tahunnya dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan dan sebagian besar komponen utamanya atau lebih dari 60% berasal dari tenaga air.
Sementara, potensi dari kapasitas terpasang pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan di Indonesia diperkirakan mencapai 417,8 GW.
Walaupun, hingga saat ini total utilisasinya hanya mencapai 2,5% atau 10,4 GW, masih jauh di bawah 10%.
Adapun, komponen energi terbarukan yang paling mendekati 10% utilisasinya adalah panas bumi yang pemanfaatannya mencapai 2.130,7MW (8.9%). Di bawah panas bumi, hydro atau tenaga air yang penggunaannya mencapai 6.078,4MW (8.1%).
Dengan demikian, masih ada ruang pertumbuhan untuk Arkora Energy ke depan. Apalagi, ada topangan Grup Astra, yakni PT United Tractors Tbk () via anak usahanya PT Energia Prima Nusantara saat ini menjadi pemegang saham sebesar 26,55%.
Namun, perlu diingat, ada satu risiko utama yang bisa memiliki pengaruh signifikan terhadap kelangsungan usaha , yakni soal risiko usaha yang mana terkonsentrasi kepada hanya satu pelanggan utama yaitu PLN.
PLN memiliki kontrak jangka panjang selama 15 sampai dengan 25 tahun ke depan dengan dan Entitas Anak sebagai penyedia daya listrik di mana PLN merupakaan pelanggan utama sekaligus pelanggan tunggal dari usaha Perseroan dan Entitas Anak.
Dengan demikian, dan Entitas Anak punya keterbatasan, yakni hanya bisa menjual atau menyalurkan daya listrik kepada PLN sehingga tidak memberikan fleksibilitas penjualan kepada Perseroan dan Entitas Anak.
Berkaca pada penjelasan di atas, menahan untuk mengoleksi saham demi kepentingan investasi jangka menengah hingga panjang adalah pilihan yang baik untuk saat ini. Kecuali, apabila ada gebrakan signifikan yang bisa membuka valuasi baru di masa depan.
 Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. 
(trp/pap)

Sumber : www.cnbcindonesia.com