Diserbu Produk Impor, Industri Kacamata Terancam Punah
Wednesday, May 15, 2019       15:07 WIB

Ipotnews - Kebutuhan kacamata nasional ternyata saat ini dipenuhi oleh produk-produk impor. Setidaknya 90 persen dari kebutuhan kacamata secara nasional adalah produk - produk asing. Sementara 10 persennya adalah produk dalam negeri yang diproduksi oleh PT Atalla Indonesia, sebagai pabrik kacamata satu-satunya yang masih ada di Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka ( IKMA ) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Gati Wibawaningsih, saat site visit ke pabrik kacamata tersebut di Tangerang, Banten, Rabu (15/5). Menurutnya dengan pangsa pasar yang baru 10 persen dikuasai produk lokal ini, maka dipastikan industri kacamata masih berpeluang sangat besar untuk ditingkatkan produktifitasnya.
Gati menjelaskan perlu ada upaya serius dari pemerintah dan stakeholder terkait untuk benar-benar membantu produsen kacamata ini untuk tetap bertahan dari gempuran produk impor. Pasalnya tanpa campur tangan dari pemerintah dan BUMN lainnya, bisa jadi industri satu-satunya yang masih bertahan ini akan tutup usia. Akibatnya seluruh kebutuhan kacamata nasional dibayang-bayangi oleh produk impor.
"Ini harus kita bantu melalui pameran - pameran dan juga lainnya. Sebab 90 persen itu (impor) besar sekali loh. Artinya potensi pasar kita untuk kacamata masih sangat besar. Impor 90 persen ini harus kita sikapi, karena industri dalam negeri akan terdampak," kata Gati.
Untuk menahan derasnya produk impor kacamata ini, Gati berencana akan menerbitkan regulasi terkait standar SNI untuk produk kacamata. Dengan adanya SNI maka dipastikan serbuan impor akan tertahan sehingga akan memberikan ruang yang semakin lebar bagi produsen kacamata nasional untuk memperluas akses pasarnya.
Selain itu, lanjut Gati, pihaknya masih akan terus mendukung PT Atalla Indonesia melalui pembebasan tarif bea masuk raw material melalui Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMTDP). Sebab sekitar 60 persen bahan baku produk kacamata dari Atalla Indonesia masih harus mengandalkan impor.
"SNI kacamata penting untuk nahan impor kita harap ada usulannya. Tapi yang jadi masalah LSPnya (Lembaga Sertifikasi Produk) ada enggak makanya perlu kita siapkan. Kaya helm yang masuk impor dulu itu banyak sekali sekarang begitu ada SNI nggak sembarangan lagi," imbuhnya.
Di tempat yang sama, Direktur PT Atalla Indonesia, Wenjoko Sindharta, membenarkan bahwa pihaknya kesulitan bersaing dengan produk-produk impor. Padahal secara kualitas produk kacamata Atalla jauh lebih bagus dan berkualitas. Apabila tidak ada campur tangan pemerintah untuk mengatasi maraknya produk impor ini, dia khawatir industrinya akan gulung tikar.
"Saya tidak keberatan kalau ada saingan sesama industri kacamata, bahkan kita bersedia untuk memberikan jalan. Tapi yang kita sulit hadapi adalah produk impor - impor itu," ulasnya.
Untuk itu, dia berharap ada sikap tegas dari pemerintah untuk menetapkan regulasi yang setara sehingga impor kacamata tidak mudah dilakukan. Yang terjadi saat ini, pihak berwajib kerap tidak berdaya ketika berhadapan dengan importir-importir nakal. Hal ini membuat importir semakin leluasa menerima barang dari luar negeri.
"Kita nggak minta apa - apa, tapi tolong disetarakan ketika pelaku industri ada persyaratannya, maka pelaku impornya juga demikian. Kita kalahnya dengan produk - prodik KW yang tersebar di Indonesia dan tidak ada satu pihakpun yang melakukan apapun," pungkasnya.
Lebih lanjut, PT Atalla Indonesia mampu memproduksi kacamata hingga 4.500 lusin per hari. Adapun tingkat penggunaan komponen dalam negeri ( TKDN ) produk kacamatanya sudah di atas 40 persen. Pihaknya berencana akan memaksimalkan pasar dalam negeri dan berupaya untuk melakukan ekspor tahun ini.
"Kita berencana ekspor, sekarang kita lagi penjajakan, tentunya biarpun baru 10 persen (pangsa pasar dalam negeri) tapi kita harap ada peningkatan lain dalam bentuk ekspor," pungkasnya.
(Marjudin)

Sumber : admin