Ipotnews - Setelah mengalami pertumbuhan negatif di level top-line (qoq) pada semester I 2018, PT Indosat Tbk () diekspektasikan menuju pemulihan pada semester berikut tahun ini, ditopang sejumlah perkembangan dan langkah positif pemulihan.
Ekspektasi tersebut diungkapkan Tim Analis Indo Premier Sekuritas dalam catatan riset yang dirilis Senin (27/8) pagi ini. Perkembangan dan langkah positif pemulihan antara lain adalah, selesainya pemblokiran pelanggan tak terdaftar pada kuartal kedua 2018, penetapan harga yang lebih baik, dan penerapan strategi penarikan pelanggan yang aktif.
Tambahan lagi, sebelumnya perseroan menyatakan tren pendapatan berdasarkan data harian yang tersedia di bulan Juli menunjukkan adanya peningkatan secarar bulanan (MoM). "Ini kami anggap sebagai pemacu mengingat pada bulan Juli umumnya permintaan lebih rendah daripada Juni (puncak Lebaran). Pertumbuhan pendapatan semester II 2018 +4% (HoH), meskipun untuk pendapatan setahun penuh masih menurun secara signifikan sebesar 25% (YoY). Kami memperkirakan tren pendapatan Indosat (YoY) secara bertahap berubah positif di 2019 dan 2020," papar Indo Premier.
Untuk 2H18, manajemen bermaksud untuk meningkatkan efisiensi dengan dukungan: 1) Optimalisasi biaya operasional (opex) yaitu energi, perbaikan dan pemeliharaan, umum dan administrasi dan biaya TI; 2) Melepas lahan dan bangunan yang tidak dibutuhkan dari perubahan jaringan dan operasi. Terkait hal ini, Indo Premier memperkirakan marjin EBITDA 2H18F meningkat menjadi 40% dari 32% di 1H18. "(Perkiraan) Margin EBITDA 2018/2019 kami adalah 36/37%, masih di bawah 43% pada 2017."
Dengan perkembangan itu, Indo Premier menggulirkan penilaian ke kinerja 2019 dengan menggunakan DCF dengan WACC 10,0% untuk sampai ke target harga. "Kami berasumsi 1.0 Beta, lebih tinggi dari Beta 0.8 Dua TAhun. Jika kita menurunkan Beta ke 0,8 dari 1,0, itu akan meningkatkan TP sebesar 6% menjadi Rp3.700, dengan semua asumsi yang lain sama. TP kami menyiratkan 2019EV / EBITDA 4,0x, sama dengan -1STD dari 7-tahun. diperdagangkan pada 3.8x 2019EV / EBITDA, lebih murah dari 7x (penyesuaian Dengan kepemilikan di Telkomsel) dan 5x.
"Meskipun titik infleksi potensial dalam tren QoQ EBITDA di 2H18, kami menempatkan Hold for karena: 1) momentum YoY negatif di 2H18F; 2) Waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan daya saing setelah kehilangan pangsa pasar di 1H18; 3) Estimasi profitabilitas inti namun kembali ke positif dalam waktu dekat," papar Tim Analis Indo Premier.
Year To 31 Dec | 2016A | 2017A | 2018F | 2019F | 2020F |
Revenue (RpBn) | 29,185 | 29,926 | 22,547 | 23,748 | 25,217 |
EBITDA (RpBn) | 12,864 | 12,763 | 8,140 | 8,700 | 9,534 |
EBITDA Growth (%) | 12.1 | (0.8) | (36.2) | 6.9 | 9.6 |
Net Profit (RpBn) | 1,105 | 1,136 | (2,082) | (1,916) | (1,658) |
EPS (Rp) | 203 | 209 | (383) | (353) | (305) |
EPS Growth (%) | n/m | 2.8 | (283.3) | n/m | n/m |
Net Gearing (%) | 129.2 | 120.3 | 125.5 | 141.5 | 153.5 |
Core PER (x) | 16.4 | 15.4 | n/m | n/m | n/m |
PBV (x) | 1.3 | 1.3 | 1.6 | 1.9 | 2.3 |
Dividend Yield (%) | 2.2 | 2.3 | - | - | - |
EV/EBITDA (x) | 2.6 | 2.6 | 4.1 | 3.8 | 3.5 |
Source: , IndoPremier | Share Price Closing as of : 23-August-2018 |
Sumber : admin