Dolar Melesat dari Level Terendah Maret 2018, Terkatrol Prospek Kebangkitan Ekonomi
Friday, January 08, 2021       04:00 WIB

Ipotnews - Dolar melambung, Kamis, dari level yang tidak tersentuh sejak Maret 2018 ke posisi tertinggi dalam sepekan karena investor melihat potensi kebangkitan ekonomi pada kuartal mendatang dan investor yang berspekulasi pada euro melakukan  profit taking. 
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik 0,53% menjadi 89,785 setelah melesat setingginya 89,979, dengan euro turun 0,43% menjadi USD1,2272, demikian laporan  Reuters  dan  Xinhua,  di New York, Kamis (7/1) atau Jumat (8/1) pagi WIB.
Dolar bergerak sedikit pada sesi Rabu ketika ratusan pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Capitol Amerika Serikat dalam upaya untuk membalikkan kekalahannya dalam pilpres, melawan polisi dan menunda selama beberapa jam proses sertifikasi kemenangan Presiden terpilih dari Partai Demokrat, Joe Biden.
Kemenangan Biden meningkatkan ekspektasi untuk lebih banyak langkah-langkah stimulus fiskal guna mendongkrak prospek ekonomi dan mengangkat imbal hasil obligasi bertenor lebih lama, dengan  yield  US Treasury 10-tahun naik di atas 1%, Rabu, untuk pertama kalinya sejak Maret. Kamis, imbal hasil tersebut setingginya menembus 1,088%.
"Begitu imbal hasil mulai bergerak, seperti yang dilakukan kemarin (Rabu), itu bukanlah pergerakan besar tetapi itu berada di arah yang benar, itulah arah masa depan," kata Joseph Trevisani, analis FXStreet.com.
"Masih diperdebatkan berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi vaksin untuk bekerja dan mudah-mudahan mengakhiri pandemi, tetapi begitu itu terjadi, kita akan mendapatkan pemulihan AS yang jauh lebih kuat dan itu bakal menghasilkan dolar yang lebih kuat."
Data ekonomi yang dirilis Kamis, bagaimanapun, menggarisbawahi pasar tenaga kerja yang tertekan, meski ukuran aktivitas di industri jasa berakselerasi pada Desember.
Namun, banyak analis mempertahankan prospek jangka panjang yang lebih lemah bagi dolar dan melihat kenaikan baru-baru ini sebagai pelepasan spekulasi  bearish  terhadap  greenback,  setelah anjlok hampir 7% pada 2020 dan sebanyaknya 0,9% pada tahun ini.
Yuan melemah tipis menjadi 6,47 per dolar setelah otoritas China mengisyaratkan keinginan untuk laju kenaikan yang lebih lambat.
Pernyataan yang dirilis State Administration of Foreign Exchange itu, Rabu, menyusul kenaikan sekitar 10% terhadap  greenback  sejak Mei lalu ketika kebangkitan ekonomi China memimpin pemulihan dari pandemi dunia.
Poundsterling diperdagangkan pada USD1,3568, turun 0,29% pada hari itu karena terus tergelincir di bawah level tertinggi tiga tahun, yakni USD1,3703, yang disentuh pada sesi Senin.
Pada akhir perdagangan di New York, dolar Australia turun menjadi USD0,7759 dari USD0,7788. Dolar AS dibeli 103,86 yen, lebih tinggi dari 103,13 yen pada sesi sebelumnya. Sementara,  greenback  naik ke posisi 0,8849 franc Swiss dari 0,8797 franc Swiss, dan jatuh ke level 1,2685 dolar Kanada dari 1,2693 dolar Kanada. (ef)

Sumber : Admin