Dolar Menjelang Depresiasi, akan Semakin Tertekan oleh Dominasi Yuan
Monday, July 27, 2020       14:29 WIB

Ipotnews - Kondisi keuangan pemerintah AS yang buruk telah dicatat dalam banyak artikel bahkan dibahas secara luas dalam sejumlah literatur. Beberapa pihak menyebutkan, utang federal AS sebesar USD25,6 triliun, defisit anggaran tahunan USD3,4 triliun dan defisit perdagangan USD600 miliar mengindikasikan bahwa pemerintah AS telah kehilangan kendali atas pengeluarannya.
WWS Swiss Financial Consulting SA menilai, pengeluaran yang lebih banyak untuk mengurangi kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh penguncian virus korona kemungkinan akan segera dan hampir pasti terlaksana sebelum pemilihan presiden pada November 2020.
"Ini tidak akan berkelanjutan," tulis lembaga itu seperti dikutip laman  seekingalpha , Minggu(26/7) . Utang federal sebesar USD30 triliun pada tahun 2022,menurutnya akan merusak kepercayaan pada dolar AS sebagai mata uang  safe haven .
Salah satu tanda paling jelas dari depresiasi dolar AS adalah penurunan Indeks Dolar AS, yang mengukur nilai dolar AS terhadap dengan sekeranjang enam mata uang negara maju, di mana euro memiliki bobot paling besar.
Namun menurut WWS Swiss, nilai tukar dolar AS dengan renminbi juga penting. Dolar AS telah menguat terhadap yuan (CNY) dan saat ini diperdagangkan sekitar 7 yuan untuk satu dolar. Pada 2018, satu dolar hanya dibeli 6,4 yuan.
"Seharusnya jelas bahwa bank sentral China (PBoC) tidak ingin renminbi terlalu banyak terapresiasi terhadap dolar AS, karena apresiasi yuan berarti bahwa ekspor China ke AS dan ke negara lain akan menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, orang dapat berasumsi bahwa Beijing akan mengikuti kebijakan pelemahan dolar AS secara bertahap agar tidak membahayakan daya saingnya karena harga barang yang lebih rendah," papar WWS Swiss.
Namun demikian, mengingat bahwa AS telah memprovokasi China karena kebijakan agresif Hongkong dan hak pergerakan armada navigasi di Laut Cina Selatan, selain mendukung Taiwan dan sanksi langsung terhadap China, kemungkinan bahwa PBoC memiliki rencana "B" dalam hal kemajuan global mata uang Cina harus dipercepat untuk dimasukkan dalam perhitungan.
Kepemilikan US Treasury dalam jumlah besar oleh China bisa menjadi senjata terhadap dolar AS, tetapi kemudian ini tidak akan melayani kepentingan Beijing untuk memiliki obligasi dolar karena kehilangan nilai substansialnya akibat depresiasi dolar AS yang cepat. WWS Swiss mengaku tidak mengetahui apakah strategi PBoC telah berhasil, tetapi pasti ada rencana alternatif.
Perkembangan paling signifikan yang dapat merusak posisi dominan dolar AS saat ini sebagai mata uang cadangan devisa global adalah mata uang digital nasional China yang baru yang menggunakan skema  blockchain . Sejumlah artikel tentang mata uang digital China, semuanya semua menganggap bahwa mata uang digital baru dapat menyebabkan gangguan terhadap supremasi dolar AS.
"Sejauh ini tampaknya tidak ada mata uang digital baru yang terkait dengan emas fisik, tetapi itu masih perlu diperhatikan lebih lanjut. Bagaimanapun sistem pembayaran digital saat ini sudah terbilang mapan di Cina, dan tidak akan lama para pengguna ponsel pintar bisa mulai menggunakan mata uang digital nasional," ungkap WWS Swiss.
Menurut WWS Swiss, ketika Cina mulai menuntut pembayaran dalam yuan untuk ekspornya, maka akan ada depresiasi dolar AS yang signifikan karena permintaan dolar akan berkurang akibat penambahan permintaan untuk pembayaran yuan. "Bagaimana tepatnya rencana PBoC untuk meresmikan pembayaran wajib dalam yuan untuk ekspor Cina saat ini belum diketahui."
WWS Swiss menyarankan, agar investor mulai mengawasi perkembangan mata uang digital baru China karena akan segera mulai bersaing dengan Bitcoin dan  cryptocurrency  lainnya karena yuan digital menjadi banyak digunakan secara internasional.
Menurutnya, ancaman terbesar terhadap dominasi global dolar AS akan datang dari China. Faktanya pasar Asia tumbuh dengan cepat dan menyalip AS dan negara-negara Eropa. Diperkirakan akan ada pergeseran tektonik kegiatan ekonomi dalam beberapa tahun ke depan.
Tapi alih-alih mempersiapkan persaingan global yang lebih keras, korporasi AS malah semakin terlibat dalam utang untuk membiayai program pembelian kembali saham. Pemerintah AS melalui Departemen Keuangan dan The Fed berusaha melawan kehancuran obligasi korporasi dengan lebih banyak likuiditas dan pembelian langsung obligasi korporasi. "Banyak orang mempertanyakan bagaimana kebijakan seperti itu akan membantu dolar AS melawan serangan mata uang Cina," ungkap WWS Swiss.
Menurut WWS Swiss, IPO Ant Jack Ma yang telah banyak dilaporkan di media keuangan, merupakan gejala dari proses dedolarisasi, dimana Shanghai dan Hongkong akan diarahkan menjadi pusat pengumpulan dana global. Dalam kasus ini bukan pemerintah yang memajukan renminbi tetapi pengusaha swasta. Pentingnya pasar keuangan Asia akan terus meningkat di masa depan.
Selain itu, investor juga telah diperingatkan tentang semakin dekatnya depresiasi dolar. Segalanya bergerak lebih cepat di era digital, dan tidak perlu bertahun-tahun sebelum dolar melemah. "Waktu yang tepat bagi investor untuk memposisikan portofolio mereka menghadapi depresiasi dolar adalah sekarang ini, sebelum sangat terlambat". (seekingalpha.com)

Sumber : Admin