Dolar Berdiri Kokoh di Tengah Prospek Pemulihan Amerika yang Lebih Cepat
Tuesday, March 02, 2021       08:59 WIB

Ipotnews - Dolar berdiri kokoh terhadap rekan-rekannya yang berimbal hasil rendah, Selasa, di tengah spekulasi pemulihan ekonomi yang lebih cepat dan toleransi yang lebih besar atas penguatan  yield  US Treasury.
Indeks Dolar (Indeks DXY) bertengger di 91,014, setelah mencapai level tertinggi tiga pekan, yakni 91,139, tadi malam, dengan puncak Februari di 91,600 terlihat sebagai kemungkinan target berikutnya, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Selasa (2/3).
Mata uang Amerika Serikat itu naik menjadi 106,89 yen pada sesi Senin, level tertinggi sejak akhir Agustus, dan terakhir berada di 106,84 yen, sementara euro merosot jadi USD1,2049, mendekati tingkat terendah dalam hampir dua pekan.
Euro berada di bawah tekanan karena petinggi Bank Sentral Eropa membunyikan alarm atas kenaikan imbal hasil obligasi.
Presiden Christine Lagarde, Senin, mengatakan ECB akan mencegah kenaikan prematur dalam biaya pinjaman bagi perusahaan dan rumah tangga.
Pembuat kebijakan Francois Villeroy de Galhau bahkan lebih eksplisit, mengatakan kenaikan imbal hasil obligasi baru-baru ini tidak beralasan dan ECB harus mendorong kembali menggunakan fleksibilitas yang tertanam dalam program pembelian obligasinya.
Pedagang dengan cepat merasakan perbedaan mencolok antara ECB dan Federal Reserve.
Presiden Federal Reserve Richmond, Thomas Barkin, Senin, mengatakan kenaikan  yield  obligasi jangka panjang sejauh ini tampaknya menunjukkan penyesuaian untuk prospek pertumbuhan dan inflasi yang lebih kuat.
Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, pekan lalu mengatakan imbal hasil obligasi tetap relatif rendah, sementara Chairman Federal Reserve Jerome Powell juga tidak menunjukkan kekhawatiran yang tidak semestinya tentang kenaikan  yield  surat utang.
"Bank sentral terus mengambil pandangan yang berbeda tentang sinyal yang dikirim oleh kenaikan imbal hasil baru-baru ini. The Fed menganggapnya sebagai sinyal positif," ujar Tapas Strickland, Direktur National Australian Bank di Sydney.
Pemulihan ekonomi Amerika juga terlihat di posisi yang lebih kuat, didukung prospek paket bantuan senilai USD1,9 triliun dari pemerintahan Presiden Joe Biden dan peluncuran vaksinasi Covid-19 yang berhasil.
Survei Institute for Supply Management (ISM) yang dirilis Senin menunjukkan aktivitas manufaktur Amerika meningkat ke level tertinggi tiga tahun pada Februari di tengah lonjakan pesanan baru.
Akibatnya, selisih antara imbal hasil obligasi Amerika dan Eropa semakin melebar untuk mendorong dolar; perbedaan imbal hasil 10-tahun antara US Treasury dan Bunds Jerman mencapai 1,76% pada sesi Senin, tertinggi dalam setahun.
Mata uang  safe-haven  franc Swiss melemah ke dekat level tertinggi empat bulan di 0,9160 franc per dolar tadi malam, dan terakhir berdiri di 0,9146.
Versus euro, franc berpindah tangan di 1,1023, tidak jauh dari level terendah satu setengah tahun di 1,1098 yang disentuh minggu lalu.
Dolar Australia diperdagangkan USD0,7774, setelah naik 0,75% pada sesi Senin di tengah meningkatnya selera risiko, dengan fokus sekarang tertuju pada pertemuan kebijakan Reserve Bank of Australia.
Pertemuan kebijakan bulanan RBA, Selasa, secara luas diprediksi memperkuat pedoman ke depan untuk tiga tahun lagi dengan suku bunga mendekati nol.
"Pasar mengalami euforia selama beberapa waktu dan semua orang mengatakan dolar akan melemah karena meningkatnya minat terhadap risiko. Tetapi harga minyak kemarin turun dan emas juga tergelincir. Jika pasar komoditas menyadari kenyataan itu, kita bisa melihat pelemahan dalam mata uang terkait komoditas," kata Makoto Noji, analis SMBC Nikko Securities. (ef)

Sumber : Admin