Dolar Terjebak di Dekat Level Terendah 10 Pekan Jelang Rilis Data Inflasi Amerika
Wednesday, May 12, 2021       06:06 WIB

Ipotnews - Dolar AS menyentuh level terendah dua setengah bulan di awal sesi New York, kemudian stabil di sekitar posisi tersebut pada Selasa petang, menjelang rilis data indeks harga konsumen (CPI) Amerika, ketika investor berspekulasi bahwa kenaikan inflasi dapat mengikis nilai mata uang tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya ekspektasi inflasi membantu dolar karena investor berasumsi Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap harga yang lebih tinggi. Namun, kini tidak lagi seperti itu, demikian laporan  Reuters  dan  Xinhua,  di New York, Selasa (11/5) atau Rabu (12/5) pagi WIB.
Laporan ketenagakerjaan yang mengecewakan pekan lalu memicu aksi jual yang meluas pada  greenback.  Dan meski lonjakan harga komoditas menimbulkan kekhawatiran inflasi yang lebih tinggi, pasar meyakini The Fed akan menjaga komitmennya pada suku bunga yang rendah dan pembelian aset yang besar.
"Orang-orang takut The Fed bersungguh-sungguh dengan apa yang mereka katakan. Dan yang mereka katakan adalah - kami tidak akan menaikkan suku bunga, tetapi juga kami akan membiarkan inflasi meningkat," kata Andy Brenner, analis NatAlliance Securities.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, merosot setajamnya ke posisi 89,979, level terendah sejak 25 Februari, dan terakhir turun 0,11% menjadi 90,138.
"Bahkan jika kita melihat data inflasi di atas ekspektasi, kemungkinan reli dolar yang kuat sangat berkurang oleh fakta bahwa jauh lebih sedikit pelaku pasar yang memperkirakan The Fed akan bereaksi terhadap angka itu dengan cara apapun," kata Karl Schamotta, Chief Market Strategist di Cambridge Global Payments.
Kejatuhan Indeks DXY di bawah 90--pertama kali jatuh di bawah level itu sejak 25 Februari--tampaknya mendorong beberapa investor untuk meng- cover   short position  dolar karena mata uang utama kemudian mundur, kata Action Economics.
Mata uang yang berorientasi pada sumber daya, termasuk dolar Kanada, mengkonsolidasikan keuntungan karena reli harga komoditas meningkatkan daya tariknya. Loonie mencapai level tertinggi tiga setengah tahun dan terakhir naik 0,08% versus  greenback  menjadi 1,209.
"Perekonomian mencatat kinerja cukup kuat, sehingga mendukung ekspektasi Bank of Canada akan menaikkan suku bunga menjelang The Fed," ujar Schamotta.
"Data ketenagakerjaan (Amerika), Jumat, membantu memperkuat perbedaan suku bunga antara kedua mata uang tersebut, jadi itu mengangkatnya. Tetapi dampak terbesarnya sejauh ini adalah kenaikan harga logam dasar."
Euro menembus level tertinggi dua setengah bulan selama sesi tersebut dan terakhir menguat 0,21% menjadi USD1,215.
Pada akhir perdagangan di New York, poundsterling naik menjadi USD1,4157 dari USD1,4134 di sesi sebelumnya. Dolar Australia meningkat ke posisi USD0,7844 dari USD0,7842.
Sementara, dolar AS dibeli 108,64 yen, lebih rendah dari 108,82 yen, dan  greenback  naik ke level 0,9034 franc Swiss dari 0,9007 franc Swiss. (ef)

Sumber : Admin