Dollar Capai Level Tertinggi Sejak Tiga Pekan Terkahir
Wednesday, June 13, 2018       15:33 WIB

Ipotnews - Proyeksi yang memastikan bahwa Federal Reserve AS akan kembali menaikkan Fed Fund Rate (FFR) telah mendorong apresiasi dollar AS terhadap yen dan euro yang menyentuh level tertinggi dalam tiga pekan terakhir.
Berdasrkan laporan Reuters yang dilansir di Tokyo, Rabu (13/6), kesimpulan rapat The Fed selama dua hari diperkirakan akan memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan yang kali kedua di tahun ini.
Saat ini, fokus pasar tengah memastikan proyeksi sebelumnya yng menyebutkan bahwa bank sentral AS akan menaikkan Fed Fund Rate sebanyak empat kali di 2018, setelah ekonomi Negeri Paman Sam berkembang dengan mantap.
Pada hari ini, indeks dollar AS terhadap enam mata uang utama menguat tipis sebesar 0,09 persen menjadi di level 93,888, setelah sehari sebelumnya menguat 0,25 persen.
Dollar menguat 0,25 persen terhadap yen. "Ada pandangan yang menyebutkan, gejolak pasar negara berkembang mampu menahan sentimen The Fed dari upayanya mempercepat laju kenaikan suku bunga. Dollar akan menguntungkan, jika Fed siap menaikkan suku bunga sebanyak empat kali," kata Kepala Strategi Valas Mizuho Securities, Masafumi Yamamoto, di Tokyo.
Sementara itu, pergerakan dollar terhadap euro relatif mendatar di level US$1,1745, setelah tergelincir 0,35 persen. Dalam kurun jangka pendek, pergerakan euro diperkirakan akan terpengaruh sentimen The Fed dan
pertemuan kebijakan European Central Bank (ECB) pada kamis mendatang.
"Harapannya, ECB bersedia untuk mempercepatnormalisasi
kebijakan," kata Yamamoto pada Mizuho Securities. "Namun
saya percaya harapan seperti itu berlebihan. Dan, pertemuan itu bisa
mengecewakan mereka yang mengharapkan retorika hawkish, sehingga akan menegaskan euro".
Laporan Reuters menyebutkan, ECB bisa memberi isyarat rencana untuk memulai program unwinding terkait embelian obligasi besar-besaran yang dapat mendorong euro ke level tertinggi dalam tiga pekan dari US$1,1840 pada pekan lalu, meski mata uang utama lainnya tidak bisa mempertahankan kenaikan tersebut.
"Bahkan, jika ECB memang terkesan hawkish, maka hal itu bisa meningkatkan imbal hasil obligasi Italia dengan mendorong yield Jerman. Akhirnya kondisi tersebut membatasi
setiap kenaikan euro," kata Senior
Strategist SMBC Nikko Securities, Makoto Noji di Tokyo.
Sejauh ini euro cenderung menunjukkan korelasi terbalik dengan imbal hasil obligasi Italia. Mata uang ini merosot tajam ketika imbal hasil obligasi Italia melonjak pada
akhir Mei, karena gejolak politik di Roma yang mengguncang pasar secara lebih luas.
Di sisi lain, poundsterling melemah 0,1 persen terhadap dollar AS, karena tidak mampu menahan kenaikan indeks dollar, meski sebelumnya pound sempat terapresiasi ke level 1,3424.
Sterling telah menguat lebih tinggi pada Selasa (12/6), setelah Perdana Menteri Inggris, Theresa May melihat pemberontakan di parlemen atas amandemen RUU mengenai keluarnya negara itu dari Uni Eropa pada tahun depan.
Sementara itu, nilai tukar dollar Austrlia terhadap dollar AS terdepresiasi tipis sebesar 0,1 persen menjadi di posisi 0,7565, sedangkan dollar Selandia Baru hanya berubah tipis ke level US$0,7005.
(Budi)

Sumber : Admin

berita terbaru
Tuesday, Apr 16, 2024 - 12:02 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 FILM
Tuesday, Apr 16, 2024 - 11:54 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 SAGE
Tuesday, Apr 16, 2024 - 11:43 WIB
Kepemilikan Saham 28 Maret 2024 MENN
Tuesday, Apr 16, 2024 - 11:34 WIB
BI: Keyakinan Konsumen Meningkat Pada Maret
Tuesday, Apr 16, 2024 - 11:29 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of POSA
Tuesday, Apr 16, 2024 - 11:25 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of TAMU
Tuesday, Apr 16, 2024 - 11:21 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of IRRA
Tuesday, Apr 16, 2024 - 11:17 WIB
Financial Statements Full Year 2023 of MMLP