Dorong produk bernilai tambah, Asia Pacific (POLY) proyeksi tumbuh 10% di 2020
Tuesday, January 14, 2020       18:56 WIB

JAKARTA.PT Asia Pacific Fibers Tbk () masih melihat peluang untuk menumbuhkan bisnis hulu Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di tahun 2020 ini. Perseroan mengaku akan lebih fokus mengerek penjualan di segmen produk bernilai tambah ( added value ). "Era komodifikasi sudah lewat, maka kami harus memperlebar segmen dan market," ujar Prama Yudha Amdan, Head of Corporate Communications and Public Relations kepada Kontan.co.id, Selasa (14/1). Produk bernilai tambah memiliki banyak keuntungan, sebab pelanggan perseroan biasanya meminta customize produk tertentu. Di mana harga jualnya tidak terpaku dengan harga produk reguler yang bergantung langsung terhadap naik-turunnya harga raw material serat filamen. Sehingga produsen seperti memiliki bargaining position atau posisi tawar untuk menentukan harga jualnya.
Di samping perusahaan akan mampu mendapatkan margin keuntungan yang lebih baik dengan added value product. Adapun saat ini telah memproduksi beragam produk bernilai tambah seperti benang anti-bacteria, serat tahan api dan serat otomotif. Sebelumnya manajemen bilang, porsi volume penjualan ekspor sebanyak 40% bakal diisi produk bernilai tambah tersebut. Mengenai ekspor, kebetulan perusahaan telah banyak mengekspor ke berbagai negara dari Amerika Serikat (AS) hingga Eropa dan Timur Tengah. Porsi ekspor yang sebanyak 25%-30% dari total sales dinilai dapat memberikan margin keuntungan yang baik. Manajemen berharap pasar dapat lebih kondusif dan manufaktur hulu TPT ini bisa berkontribusi bagi devisa negara.
Mengenai proyeksi pertumbuhan di tahun ini, Prama mengaku perseroan masih membidik target konservatif di level 10%. Target tersebut dapat berubah, mengingat pemerintah berencana merealisasikan penurunan harga gas industri di Maret 2020 ini. Namun, manajemen mengatakan proyeksi baru apakah bakal lebih positif akan kelihatan di kuartal kedua tahun ini, di mana penurunan harga gas teraplikasikan. Mengulik laporan keuangan , penjualan sepanjang kuartal ketiga 2019 senilai US$ 312,68 juta atau turun 12,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 358,3 juta. Manajemen mengatakan penurunan penjualan disebabkan melemahnya harga jual produk. Hal ini disebabkan oleh penurunan kondisi ekonomi Indonesia umumnya dan sebagian wilayah di dunia.
Selain itu konsumsi polyester di China mengalami penurunan sehingga dialihkan melalui ekspor ke negara lain termasuk Indonesia. Lebih lanjut diketahui beban pokok penjualan turut turun 11,2% year on year (yoy) menjadi US$ 290,04 juta sampai akhir September 3019 ini. Beban yang menyusut belum dapat membantu kenaikan laba dikarenakan pendapatan yang terkikis. Sehingga laba kotor yang tercatat di kuartal-III 2019 ialah US$ 22,63 juta atau turun 27% dibandingkan periode yang sama tahun kemarin US$ 31,36 juta. Sementara itu pos beban lainnya turut menggerus perolehan bottom line , alhasil sampai sembilan bulan pertama tahun ini perseroan membukukan rugi bersih US$ 3,16 juta. Padahal pada kuartal tiga tahun lalu perusahaan masih mencatatkan laba bersih US$ 16,78 juta.

Sumber : KONTAN.CO.ID