Dow Reli 200 Poin, Wall Street Lanjutkan Kebangkitan dari Aksi Jual Agustus
Tuesday, August 20, 2019       05:07 WIB

Ipotnews - Saham Wall Street menguat untuk sesi ketiga beruntun, Senin, bergabung dengan reli global di tengah pembicaraan tentang stimulus ekonomi di Jerman dan China serta ekspektasi penurunan lebih lanjut suku bunga Federal Reserve.
Imbal hasil US Treasury AS 10-tahun yang sudah sangat tinggi, naik kembali di atas  yield  surat utang bertenor 2-tahun, perbaikan untuk indikator yang dipandang sebagai peringatan resesi yang dapat diandalkan.
Analis juga mengutip keputusan pemerintahan Trump untuk menunda larangan 90 hari pada perusahaan Amerika Serikat yang melakukan bisnis dengan Huawei, yang dinilai sebagai langkah damai dalam perselesihan perdagangan AS-China.
Langkah itu dilakukan ketika Presiden Donald Trump dan pejabat tinggi pemerintah lainnya membicarakan upaya untuk menghidupkan kembali perundingan perdagangan dengan Beijing.
Dow Jones Industrial Average ditutup 249,78 poin lebih tinggi, atau 0,96%, menjadi 26.135,79, demikian laporan   CNBC   dan  AFP , di New York, Senin (19/8) atau Selasa (20/8) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 melonjak 1,21% atau 34,97 poin menjadi 2.923,65 karena sektor energi dan teknologi mencatat kinerja mengesankan. Nasdaq Composite Index melesat 106,82 poin atau 1,35% untuk mengakhiri sesi di posisi 8.002,81.
Penguatan ini memperpanjang  rebound  yang dimulai pekan lalu setelah Dow membukukan sesi terburuknya pada 2019. Indeks 30-saham itu anjlok 800 poin, atau 3,1% pada sesi Rabu, sebelum mendapatkan kembali pijakannya yang hilang, Kamis dan Jumat. S&P 500 masih anjlok 1,9% sepanjang Agustus dan di bawah lebih dari 3% dari rekor baru-baru ini.
Imbal hasil US Treasury 10-tahun naik menjadi sekitar 1,6% dari 1,54%. Saham perbankan menguat seiring dengan imbal hasil tersebut. Bank of America ditutup 0,9% lebih tinggi bersama dengan J.P. Morgan Chase. Citigroup naik 1,3%.
"Kita melihat lebih banyak stabilisasi, dan itu benar-benar di belakang dari meningkatnya harapan stimulus," kata Gregory Faranello, analis AmeriVet Securities. "Kita hanya mengambil sedikit jeda, tetapi saya tidak sepenuhnya yakin bahwa pergerakan harga yang lebih rendah sudah berakhir."
Bank Rakyat China merilis reformasi suku bunga selama akhir pekan lalu, yang bertujuan menurunkan biaya pinjaman bagi perusahaan China. Di Jerman, pemerintah dilaporkan menyiapkan langkah stimulus fiskal jika ekonomi negara itu jatuh ke dalam resesi. Pertumbuhan ekonomi China dan Jerman melambat tahun ini di tengah kondisi perdagangan yang lebih ketat, mendorong investor untuk bergegas ke aset  safe havens  seperti US Treasury 10-tahun.
Pekan lalu, imbal hasil US Treasury 10-tahun turun ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun dan diperdagangkan sebentar di bawah  yield  US Treasury 2-tahun. Ini disebut sebagai inversi kurva imbal hasil dan dilihat oleh pedagang sebagai sinyal potensial bahwa resesi mungkin akan terjadi.
Ed Yardeni, Presiden dan Kepala Strategi Investasi Yardeni Research, menilai mungkin terlalu dini untuk menyebut resesi saat ini.
"Inversi kurva imbal hasil memprediksi 10 dari 7 resesi terakhir. Dengan kata lain, itu tidak akurat sebagai prediksi penurunan ekonomi seperti yang diyakini secara luas," tulis Yardeni dalam catatan kepada klien. "Itu bisa menyesatkan, setelah memberikan tiga sinyal salah dari resesi."
Sementara itu, Nate Thooft, analis Manulife Asset Management, mengatakan saham sudah  oversold  setelah gejolak pekan lalu dan investor optimistis bahwa Chairman Federal Reserve Jerome Powell akan mengadopsi nada yang  dovish , Jumat, dalam pidato di ajang konferensi perbankan sentral di Jackson Hole, Wyoming.
"Pasar sedang melihat hal-hal positif di luar sana," kata Thooft, seraya menambahkan bahwa volume perdagangan yang rendah pada periode Agustus mempertajam ayunan pasar dalam sesi-sesi terakhir.
Di antara masing-masing perusahaan, Apple naik 1,9 persen setelah Trump mengatakan CEO Apple, Tim Cook, membuat argumen persuasif terhadap tarif barang-barang Apple yang dibuat di China sehubungan dengan persaingannya dengan perusahaan Korea Selatan, Samsung.
Saham produsen  chip  melejit di tengah berita perpanjangan keringanan bagi Huawei. ON Semiconductor dan AMD masing-masing melesat 2,7% dan 1%. Micron Technology melambung 3,4%. (ef)

Sumber : Admin