ETF Berpotensi Negatif, Lepas XBLQ, XIIT, dan XPLC Saat Melemah
Monday, May 13, 2019       09:08 WIB

Ipotnews - Pergerakan nilai aktiva bersih 21 ETF saham pada Senin (13/5) berpotensi negatif, seiring teknikal pasar saham yang berada di target pelemahan.
Berikut teknikal 3 ETF dengan rekomendasi lepas saat melemah (Buy on Weakness) dari Indo Premier:
1. (482), Rekomendasi: Buy on Weakness
Candle ditutup dibawah EMA5,10 dengan membentuk pola spinning top yang merupakan sinyal indecision, stochastic oversold, MACD histogram divergence negatif. Target harga beli pada level 479 dengan resist di level 485 kemudian 488.
2. (547), Rekomendasi: Buy on Weakness
Candle ditutup dibawah EMA5,10 dengan membentuk pola spinning top yang merupakan sinyal indecision, stochastic oversold, MACD histogram divergence negatif. Target harga beli pada level 544 dengan resist di level 550 kemudian 553.
3. XPLC (502), Rekomendasi: Buy on Weakness
Candle ditutup dibawah EMA5,10 dengan membentuk pola spinning top yang merupakan sinyal indecision, stochastic oversold, MACD histogram divergence negatif. Target harga beli pada level 499 dengan resist di level 505 kemudian 508.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (10/5), meski pasar saham hanya menguat tipis 0,17%, namun sudah mampu mengangkat 18 dari 21 ETF saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk berakhir di zona hijau dengan kenaikan NAV berkisar 0,05% hingga 0,70%.
XPES (ETF berbasis saham-saham Universe ISSI ) mencatatkan penguatan NAV tertinggi ditutup pada level Rp425 (+0,70%) didorong oleh naiknya 9 harga saham dengan bobot investasi 61,55% dari 17 saham universe ISSI yang di tentukan oleh Manajer Investasi (Pinnacle Persada Investama) menjadi saham portofolio XPES dengan pengelolaan investasi aktif (Smart Beta).
Adapun BNI-AM Nusantara ETF MSCI Indonesia Pasif () mencatat kenaikan NAV terendah sebesar 0,05%.
Sementara itu (ETF berbasis saham-saham core high-dividend) membukukan penurunan NAV terbatas ditutup pada level Rp485 (-0,15%) didorong oleh turunnya 13 harga saham dengan bobot investasi 59,21% dari total 23 saham dengan deviden konsisten yang ditentukan oleh Manajer Investasi (Pinnacle Persada Investama) masuk kategori core high-dividend menjadi menjadi saham-saham portofolio dengan pengelolaan investasi aktif (Smart Beta).

Sumber : admin