Ekuitas Asia Tenggara, Tempat Terbaik Hindari Kekacauan Imbal Hasil Obligasi
Friday, February 26, 2021       16:30 WIB

Ipotnews - Meski terimbas gejolak kenaikan imbal hasil US Treasury yang menyeret kejatuhan indeks saham global, pasar saham Asia Tenggara dinilai menjadi tempat terbaik untuk menghindar dari kekacauan tersebut.
Pengamat pasar menilai, harga saham di Asia Tenggara setidaknya relatif masih murah dengan tingkat kepemilikan yang rendah, sehingga layak untuk berlindung. Ketika indeks harga saham di negara Asia lainnya rontok hingga lebih 2%, pada Jumat (26/2), penurunan indeks harga saham di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura kurang dari 1 persen. Bahkan indeks saham Thailand masih membukukan anka positif 0,38%.
Bloomberg mencatat, ada empat alasan yang dapat menjelaskan kecenderungan yang terjadi di bursa saham Asia Tenggara:
  • Sebagian besar bursa saham Asean dalam kondisi jenuh beli. Sejumlah broker, termasuk Morgan Stanley mengatakan, reli di  emerging market  dan Asia meregang karena berbagai indikator. Rabu lalu, Morga Stanley menaikkan pemeringkatnnya terhadp ekuitas Singapura menjadi  overweight  untuk alokasinya di Asia, dengan mengacu pada valuasi yang murah dengan laba dan perekonomian yang meningkat.
  • Harga saham relatif murah berdasarkan rasio  price-to-earnings . Data yang dikumpulkan Bloomberg memperlihatkan, meskipun valuasi indeks MSCI Asean memiliki satu standar deviasi di atas rata-rata lima tahunnya, valuasi untuk indeks Asia dan  emerging market  melebihi dua   standar deviasi di atas rata-ratanya.
  • Sedikit saham teknologi besar. Apa yang hingga akhir tahun lalu dianggap sebagai kelemahan untuk pasar saham Asean sekarang berubah menjadi keuntungan, karena kenaikan imbal hasil mengubah asumsi laba untuk saham teknologi.
  • Miliaran dolar sudah lebih dahulu keluar dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data Bloomberg, Thailand bersiap untuk memasuki tahun kelima catatan negatif arus dana asing. Sementara Malaysia dan Filipina memasuki tahun keempat arus keluar bersih dana investasi asing.

Saham-saham Asia Tenggara seharusnya dapat bertindak sebagai tempat berlindung yang aman, karena "valuasinya tidak sebesar di AS, dan belum terpengaruh oleh arus ritel," kata Gary Dugan, kepala eksekutif Global CIO Office.
"Singapura seharusnya menjadi pelabuhan yang aman karena memiliki korelasi yang rendah dengan suku bunga AS dan telah menunjukkan kinerja yang buruk," imbuhnya seperti dikutip Bloomberg, Juamt (26/2).
Indeks saham Singapura telah turun 5,6% selama setahun terakhir, di tengah kenaikan 2% indeks saham acuan Asia Asia Tenggara dan lonjakan 30% dalam Indeks MSCI Asia Pasifik. (Blomberg)


Sumber : Admin