Emas Bakal Lebih Bersinar Setelah Tembus Level Tertinggi Enam Tahun
Tuesday, June 25, 2019       14:01 WIB

Ipotnews - Emas bersiap mencatatkan kenaikan lebih lanjut setelah meningkatnya ekspektasi suku bunga yang lebih rendah, depresiasi dolar dan konfrontasi antara Amerika dengan sejumlah negara, termasuk China dan Iran, melambungkan harga  bullion  ke level tertinggi enam tahun.
Emas melambung sepuluh persen dalam empat pekan, menembus  technical resistance  yang telah menggagalkan upaya reli selama setengah dekade guna melampaui level USD1.400 per ounce untuk pertama kalinya sejak 2013, demikian laporan  Reuters , di London, Selasa (25/6).
Federal Reserve mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga secepatnya bulan depan untuk menghadapi risiko ekonomi--pemangkasan pertama sejak 2008--telah menciptakan "penarik  bullish  bagi emas", kata analis Citibank.
Emas bisa naik setingginya USD1.500 per ounce pada akhir tahun, kata Citibank.
Suku bunga yang lebih rendah membantu emas dengan menekan imbal hasil surat utang, mengurangi  opportunity cost  memegang logam kuning itu yang tidak memberikan imbal hasil. Suku bunga yang rendah juga cenderung melemahkan dolar, membuat emas yang dihargakan dalam  greenback  menjadi lebih terjangkau bagi pembeli dengan mata uang lainnya.
"Satu-satunya kekhawatiran adalah mungkin The Fed tidak akan melakukan pemotongan suku bunga," kata Robin Bhar, analis Societe Generale. "Tetapi dalam jangka panjang, suku bunga tampaknya turun."
Pekan lalu, Bank Sentral Eropa (ECB) juga mengatakan akan melonggarkan kebijakan lagi jika inflasi gagal untuk berakselerasi, menggemakan bank sentral lain yang menyatakan mereka mungkin akan menurunkan suku bunga untuk menangkal perlambatan ekonomi.
Investor juga membeli emas untuk peran tradisionalnya sebagai investasi yang aman ( safe-haven ) pada saat terjadi ketidakpastian politik atau ekonomi, kata para analis.
Menunjukkan kegelisahan yang terjadi di pasar, emas saat ini lebih mahal dibandingkan tembaga, logam industri yang sering dipandang sebagai penentu arah prospek ekonomi global, daripada di titik mana pun sejak 2016.
Investor khawatir sengketa perdagangan yang diusung Presiden Donald Trump akan mengganggu pertumbuhan, sementara langkah Iran menembak jatuh dari pesawat pengintai AS yang tak berawak, minggu lalu, mengipasi kekhawatiran konflik militer.
Sementara itu, pasar saham global mencapai rekor tertinggi, menyebabkan banyak orang memperkirakan terjadi koreksi yang brutal.
Harga emas juga didukung oleh bank sentral yang membeli logam itu pada tingkat tercepat dalam beberapa dekade untuk mendiversifikasi cadangan mereka.
Di sisi lain, ETF menambahkan lebih dari dua juta ounce kepemilikan mereka sejak awal Mei, membantu mendorong harga emas lebih tinggi.
"Banyak momentum aksi beli muncul setelah emas menembus level tertinggi 2014," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Jika emas tetap di atas tingkat tertinggi sebelumnya di kisaran USD1.360-1.390, level ini akan menjadi  technical support  yang kuat, kata dia, menambahkan bahwa resisten sekarang di level tertinggi Agustus 2013, yakni USD1.433 dan level Fibonacci retracement sekitar USD1.483.
Namun, peningkatan  speculative positioning  membuat emas rentan terhadap koreksi jika investor membalikkan posisi mereka.
Itu bisa dipicu hasil positif dalam perundingan perdagangan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping pada KTT G20, 28-29 Juni, atau data ekonomi AS yang akan mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga, kata analis Standard Chartered, Suki Cooper.
"Saya tidak akan terkejut jika kita melihat sedikit pelemahan sebelum kita melihat kaki berikutnya yang lebih tinggi," katanya. (ef)

Sumber : Admin