Emas Berkilau, Didorong Depresiasi Dolar dan Gelombang Infeksi Covid
Tuesday, October 27, 2020       15:06 WIB

Ipotnews - Harga emas menguat, Selasa, karena pelemahan dolar dan gelombang baru infeksi virus korona berpotensi memperlambat pemulihan ekonomi global lebih jauh dari pandemi Covid-19, memperkuat daya tarik  safe-haven  logam kuning itu.
Harga emas di pasar spot naik 0,18% menjadi USD1.905,58 per ounce pada pukul 14.50 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Selasa (27/10). Sementara, emas berjangka Amerika Serikat meningkat 0,09% menjadi USD1.907,50 per ounce.
"Lonjakan Covid-19 mendorong sentimen penghindaran risiko  (risk-off)  yang lebih luas di pasar global dan ini mendukung aset  safe-haven,"  kata Harshal Barot, analis Metals Focus.
"Investor jelas tidak  bearish  pada emas saat ini...Investor jangka panjang terus mempertahankan emas di tengah ketidakpastian yang lebih luas, baik itu pemilu Amerika atau pandemi."
Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia, dan Prancis, mencatat rekor infeksi Covid-19 dan memaksa beberapa negara untuk memberlakukan pembatasan yang baru, berisiko menggagalkan pemulihan ekonomi global.
Indeks Dolar (Indeks DXY) merosot 0,1% terhadap sekeranjang saingannya, tertekan data ekonomi yang kuat dari China dan Korea Selatan, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Namun, investor tetap berhati-hati menjelang pemilu Amerika, 3 November, sementara negosiasi mengenai bantuan yang baru tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan.
Kendati Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, mengungkapkan harapan kesepakatan dapat dicapai sebelum pemilu, penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, Senin, mengatakan perundingan melambat.
Emas cenderung mendapat keuntungan dari langkah-langkah stimulus yang luas dari bank sentral karena dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.
Di tempat lain, paladium melesat 1,3% menjadi USD2.381,86 per ounce, sementara platinum melejit 1% menjadi USD878,54 per ounce.
Harga paladium dapat menguji USD2.600 per ounce pada pertengahan 2021 didorong ketatnya pasar dan langkah-langkah stimulus, kata analis UBS, Giovanni Staunovo.
Perak menguat 0,6% menjadi USD24,47 per ounce. (ef)

Sumber : Admin