Filosofi Investasi dari Takwil Nabi Yusuf
Tuesday, January 09, 2018       13:11 WIB

Suatu pagi menjelang subuh, Ceuceu (anak pertama) dan Aa (anak kedua) membongkar celengan tanah liatnya. Setelah dihitung semuanya, tabungan Ceuceu menembus Rp0,78 juta, sementara Aa di kisaran Rp0,52 juta.
Ketika ditanya alokasi penggunaan tabungan tersebut, Ceuceu menyatakan akan menyisihkan 6,4%-nya untuk sedekah, dan Aa juga akan bersedekah 3,8%. Untuk cadangan jajan, keduanya mengalokasikan jumlah yang sama, Rp0,2 juta.
Sisanya?
"Pak, tabungkan lagi saja sisanya buat keperluan sekolah Ceuceu dan Aa nanti."
Akhirnya, sesuai kesepakatan bersama, kami tabungkan kembali kurang lebih Rp0,9 juta untuk reksadana dan saham.
Alhamdulillah anak-anak sudah mulai dikenalkan dengan menabung, sedekah dan investasi, demi masa depan mereka.
Terkait dengan investasi, mungkin teman-teman pernah dengar atau baca kisah raja Mesir yang bermimpi di zaman Nabi Yusuf as?.
Kisah ini menjadi salah satu inspirasi saya untuk mulai berinvestasi. Berikut saya kutipkan kisah tersebut:
Suatu hari, raja Mesir memanggil semua penasihat dan tukang ramalnya. Semalam sebelumnya sang Raja bermimpi melihat tujuh ekor lembu kurus memakan tujuh ekor lembu yang gemuk-gemuk. Raja juga melihat tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum kering.
Para penasehat dan tukang ramal diminta untuk menafsirkan mimpi sang Raja. Namun tidak ada seorang pun yang mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Sang Raja pun kecewa.
Saat momen itulah, Nabo yang pernah menjadi teman satu penjara dengan Yusuf teringat akan kepandaian Yusuf sewaktu berada di penjara. la mengatakan hal itu kepada Raja bahwa ada seorang pemuda yang pandai mengartikan mimpi dengan tepat.
Raja kemudian mengutus Nabo untuk menemui Yusuf di penjara dan minta kepada Yusuf agar mau mengartikan mimpi tersebut. Yusuf bukan hanya bersedia mengartikan mimpi tersebut. la malah menerangkan jalan keluar dari arti mimpi sang Raja itu.
Yusuf berkata, "Mesir akan mengalami masa subur selama tujuh tahun dan mengalami paceklik selama tujuh tahun."
"Oleh karena itu," sambung Yusuf, "Hasil panen selama tujuh tahun di masa subur harus disimpan baik-baik untuk persediaan tujuh tahun masa paceklik."
Hasil dari takwil Nabi Yusuf kala itu adalah program pembuatan lumbung pada saat tujuh musim subur untuk mengantisipasi persediaan pangan saat kemarau panjang melanda.
Alhasil, ketika tujuh tahun masa paceklik melanda, Mesir menjadi negeri paling subur di masanya dengan persediaan pangan yang melimpah.
Kondisi inilah yang akhirnya menyebabkan para penduduk di luar Mesir berbondong-bondong memohon bantuan pangan, termasuk saudara-saudara Yusuf di Palestina yang membuat alur romansa kisah Yusuf berakhir  happy ending.  
Dari kisah ini tersirat bahwa investasi adalah sesuatu yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Bagaimana kita harus mempersiapkan berbagai kemungkinan yang terjadi dalam hidup ini. Ketika sedang masa panen dan subur, kita dianjurkan menyisihkan sebagian hasilnya sebagai cadangan dan antisipasi musim paceklik.
Filosofi investasi yang diambil dari takwll Yusuf atas mimpi raja agaknya relevan dengan kondisi global saat ini. Ketika sedang berada di fase  gemah ripah loh jinawi,  sudah selayaknya kita tidak mengeksploitasi habis-habisan, melainkan menyisihkan sebagian hasil demi masa depan yang lebih cerah dan berkah.
Bukankah kita juga dianjurkan untuk membaca masa lalu demi menerawang masa depan dalam bingkai ketakwaan? Belum lagi QS. al-Baqoroh (2):282 yang merupakan ayat terpanjang dalam al-Qur'an dengan 28 kalimat dan menyita hampir satu halaman penuh, justeru menyuruh kita untuk lebih teliti dan pandai dalam membukukan transaksi.
Seolah-olah al-Qur'an mendorong kita untuk lebih  melek  akuntansi dan finansial. Juga menyiratkan bahwa hal inilah yang sering dilupakan orang beriman, sehingga akhirnya terjebak dalam transaksi yang tidak jelas dan tidak terdokumentasi dengan baik.
Jika diaplikasikan dalam dunia investasi yang tengah dijalani, manajemen keuntungan dan risiko sangat dibutuhkan oleh siapa saja yang ingin terus hidup di bisnis ini. Semoga kita tetap bersemangat untuk terus belajar berinvestasi dan bertransaksi dengan teliti dan cermat sebagai persiapan untuk masa depan kita dan keluarga. ***
 Oleh: Mang AMSI (Founder & CEO Syariahsaham.com) 

Sumber : syariahsaham.com