Gangguan Listrik Pangkas Produksi Smelter, Zinc Meroket Lima Persen
Thursday, October 14, 2021       04:26 WIB

Ipotnews - Harga seng (zinc) dan aluminium melonjak ke level tertinggi yang baru, Rabu, karena krisis listrik memicu pengurangan produksi smelter.
Harga logam itu di Shanghai menyentuh level tertinggi dalam hampir 14 tahun, sementara harga di London melambung lebih dari 5% menjadi yang terkuat dalam lebih dari tiga setengah tahun setelah Nyrstar mengatakan akan memangkas output hingga 50% di tiga pabrik peleburan seng Eropa karena meroketnya biaya listrik.
Harga listrik telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, didorong kekurangan listrik di Asia dan Eropa, dengan krisis China diperkirakan berlangsung hingga akhir tahun dan menghambat pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Namun, seorang analis memperingatkan, melonjaknya harga listrik juga kemungkinan akan memukul output industri, sehingga mengurangi permintaan logam.
"Kita tidak boleh lupa bahwa tidak hanya produsen logam primer yang terpukul krisis listrik, tetapi juga produsen logam, yang berada di bawah rantai nilai," kata Daniel Briesemann, analis Commerzbank di Frankfurt.
"Saat ini, semua orang tampaknya ingin melihat harga yang lebih tinggi, jadi mereka hanya fokus pada satu sisi persamaan."
Harga patokan seng di London Metal Exchange (LME) melonjak 5,4% menjadi USD3.440 per ton, terkuat sejak Maret 2018, sebelum memangkas kenaikan menjadi USD3.405 pada pukul 23.00 WIB, demikian laporan  Reuters,  di London, Rabu (13/10).
Kontrak seng November yang paling aktif diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange ditutup melejit 1,5% menjadi 24.000 yuan (USD3.721.68) per ton, level tertinggi sejak November 2007.
Ketiga pabrik peleburan Nyrstar menggabungkan produksi tahunan sekitar 690.000 ton, kata Morgan Stanley dalam sebuah catatan.
"Smelter (seng) China memangkas produksi beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir, dan kami telah merevisi turun perkiraan output sebesar 80.000 ton dibandingkan ekspektasi kami sebelumnya pada awal 2021," kata analis CRU, Dina Yu, di Beijing.
Indeks Dolar (Indeks DXY) yang lebih lemah, turun 0,4%, juga mendukung harga logam.
Aluminium, logam dasar paling boros listrik, tidak berubah di LME, yakni USD3.068 per ton, setelah mencapai level tertinggi sejak Juli 2008 di USD3.118,50.
Logam dasar lainnya di kompleks LME, tembaga melambung 2,2% menjadi USD9.673 per ton dan timbal melejit 1,7% menjadi USD2.248 per ton, sementara nikel turun 0,4% menjadi USD18.905 per ton dan timah melemah 0,2% menjadi USD36.400 per ton. (ef)

Sumber : Admin