Harga Emas Gak Santai, Tapi Cuma 1 Saham yang Cuan Luber Nih
Monday, March 27, 2023       10:26 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan emas cenderung bervariasi pada perdagangan sesi I Senin (27/3/2023), di tengah melandainya harga emas dunia.
Hingga pukul 09:40 WIB, dari enam saham pertambangan emas, dua saham menguat, dua saham cenderung stagnan, dan dua saham melemah.
Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.
SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Aneka Tambang1.9905,01%
Bumi Resources Minerals1681,82%
J Resources Asia Pasifik1010,00%
Wilton Makmur Indonesia660,00%
Merdeka Copper Gold3.950-0,25%
Archi Indonesia358-1,65%

 Sumber: RTI 
Saham PT Aneka Tambang Tbk () menjadi saham pertambangan emas yang paling besar penguatannya pada pagi hari ini, yakni melonjak 5,01% ke posisi harga Rp 1.990/saham.
Melesatnya saham terjadi setelah perseroan merilis kinerja keuangannya pada 2022, di mana laba bersih melesat 105% menjadi Rp 3,82 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 1,86 triliun pada 2021.
Berikutnya ada saham pertambangan emas Grup Bakrie yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk () yang melesat 1,82% ke Rp 168/saham.
Sedangkan untuk saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk () dan PT Wilton Makmur Indonesia Tbk () cenderung stagnan pada pagi hari ini.
Sementara untuk saham PT Merdeka Copper Gold Tbk () dan PT Archi Indonesia Tbk () terpantau melemah masing-masing 0,25% dan 1,65%.
Harga emas mulai melandai usai terbang selama dua pekan sebelumnya. Pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu, harga emas dunia ditutup di posisi US$ 1.977,22 per troy ons. Harga sang logam mulia tersebut terkoreksi 0,82%.
Dalam sepekan, harga emas juga melemah 0,54%. Pelemahan ini menghapus kinerja cemerlang emas yang menguat selama tiga pekan sebelumnya. Pada dua pekan lalu, emas bahkan mengangkasa 6,43%.
Harga emas juga sedikit melemah pada pagi hari ini. Per pukul 05:40 WIB, harga emas melemah 0,23% menjadi US$ 1.972,71 per troy ons.
Harga emas melandai setelah dolar Amerika Serikat (AS) kembali perkasa. Indeks dolar AS pada akhir pekan lalu ditutup di posisi 103,12, jauh lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya yang berada di 102,53.
Penguatan dolar AS tentu menjadi kabar buruk bagi emas mengingat sang logam mulia semakin sulit dijangkau untuk investasi.
Emas terbang pada dua pekan lalu karena meningkatnya ketidakpastian akibat dari krisis perbankan AS. Pasar guncang karena kolapsnya tiga bank yakni Silvergate Bank, Signature Bank, dan Silicon Valley Bank (SVB).
Di tengah ketidakpastian, emas sebagai aset  safe haven  pun kembali diburu.
Otoritas AS sudah melakukan sejumlah langkah untuk menahan penyebaran dampak krisis perbankan, termasuk dengan memastikan dana nasabah yang terjamin akan mendapatkan dananya.
Dengan semakin berkurangnya kekhawatiran pasar maka emas pun kembali dilepas dan banyak investor kembali ke aset yang lebih berisiko seperti saham. Akibatnya harga emas pun melemah.
Meski melemah, harga emas diproyeksi masih bisa menguat ke depan. Analis dari RJO Futures Bob Haberkorn menjelaskan krisis perbankan belum benar-benar berlalu.
 Sanggahan:   Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. 
(chd/chd)

Sumber : www.cnbcindonesia.com