Harga Minyak Sawit Naik Seiring Menguatnya Harga Acuan Dalian dan Pelemahan Ringgit
Tuesday, May 20, 2025       10:20 WIB

Ipotnews - Harga minyak kelapa sawit berjangka Malaysia dibuka lebih tinggi untuk sesi kedua berturut-turut pada hari Selasa, didukung oleh minyak Dalian yang lebih kuat dan ringgit yang lebih lemah, sementara para pedagang juga menunggu estimasi ekspor dari surveyor kargo.
Kontrak minyak kelapa sawit acuan untuk pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 27 ringgit, atau 0,7%, menjadi 3.909 ringgit ($911,83) per metrik ton pada awal perdagangan.
FUNDAMENTAL
Kontrak minyak kedelai Dalian yang paling aktif di Tiongkok naik 0,23%, sementara kontrak minyak kelapa sawit naik 1,17%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade
turun 0,69%.
Minyak kelapa sawit Tiongkok melacak pergerakan harga minyak nabati pesaingnya, karena bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati global.
Ringgit, mata uang perdagangan kelapa sawit, melemah 0,02% terhadap dolar, membuat komoditas tersebut sedikit lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang asing.
Harga minyak naik tipis karena potensi kegagalan perundingan antara AS dan Iran mengenai program nuklir Teheran dan melemahnya prospek pasokan minyak Iran yang lebih banyak memasuki pasar global.
Harga minyak mentah berjangka yang lebih kuat membuat kelapa sawit menjadi pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku biodiesel.
Survei kargo, Intertek Testing Services dan AmSpec Agri Malaysia, diharapkan akan merilis estimasi ekspor 1-20 Mei mereka di hari ini.
Malaysia telah menurunkan harga acuan minyak sawit mentah bulan Juni ke level yang menempatkannya dalam kisaran bea ekspor 9,5%, sebuah surat edaran di situs web Dewan Minyak Sawit Malaysia menunjukkan.
Minyak sawit mungkin naik ke kisaran 3.946 ringgit hingga 3.981 ringgit per metrik ton, didorong oleh gelombang C, analis teknis Reuters Wang Tao mengatakan. /C
Saham Asia naik pada hari Selasa sementara imbal hasil Treasury AS stabil sehingga memberikan sedikit ruang bernapas bagi dolar AS karena investor menilai beban utang ekonomi terbesar di dunia dan menunggu kesepakatan perdagangan.(Reuters)

Sumber : admin